Di Tengah Wabah, Mereka Fitnah Islam
“Senjata utama kita bukanlah senapan kita, melainkan keyakinan kita… Nilai-nilai kita bukanlah nilai-nilai Barat. Nilai-nilai itu ialah nilai-nilai semangat kemanusiaan yang universal dan di manapun, kapanpun, rakyat biasa diberi kesempatan untuk memilih, dan pilihannya sama, kebebasan, bukan tirani.” Cuplikan pidato Tony Blair di depan Kongres AS. (Javed, Freedom: A western Expert, 2004).
Termasuk kita tidak lupa pidato Presiden AS George Bush yang terkenal dengan frase “you’re either with us or againts us (bersama kami atau melawan kami)”. Masalahnya adalah apa yang diyakini oleh Barat adalah sesuatu yang semu, dan melempar segala kesalahan kepada Islam. Islam dijadikan common enemy (musuh bersama) dengan Islamofobia.
Bukti lain bahwa AS dan Barat menjadikan kelompok Islam sebagai sasaran adalah operasi militer AS ke Afganistan pada 7 Oktober 2001. Afganistan dituduh mejadi markas al-Qaeda dan melindungi Osama bin Laden. Operasi militer tersebut berlanjut ke Irak pada Maret 2003 dengan tuduhan senjata kimia pemusnah massal. Namun sampai hari ini senjata tersebut tidak pernah ditemukan.
Dalam teori Fukuyama (1993) telah mengasumsikan sejarah yang cirinya adalah manusia yang berkembang dalam berbagai lini kehidupan, akan berhenti. Dan tujuan akhir manusia akan berhenti pada prototipe liberal Barat dan seluruh dunia harus mengikuti prototipe ini. Peradaban barat dalam keyakinannya bisa mencapai kesuksesan dan kemajuan material karena menggunakan paham liberal dan demokrasi. Namun jangan lupa senjata lainnya yang mereka gunakan adalah memfitnah Islam dengan Islamofobia selain mimpi menjadi peradaban terakhir.
Teori fukuyama menyerukan nilai relativitas serta kebebasan absolut, jauh dari belenggu agama. Dengan latar belakang inilah maka mereka berupaya membuat makar dan konspirasi atas Islam, baik di negeri mereka sendiri atau negeri-negeri Islam lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut mereka meneror masyarakat, menciptakan penyesatan opini bahwa Islam dan umatnya adalah sesuatu hal yang sangat berbahaya dan menakutkan.
Namun kita tidak pernah lupa, sejarah mencatat pembantaian kaum muslim di Bosnia, Chechya, Kosovo termasuk Irak dan Afganisthan. Tidak ketinggalan sejarah di Andalusia-Spanyol seakan-akan dunia tetap ingin membuka kedok Barat, bahwa sejatinya siapa yang menebarkan ketakutan dan kekejaman. Namun hari ini kelompok-kelompok Islamofobia kembali memanfaatkan situasi adanya pandemi corona untuk menyudutkan Islam dan kaum muslimin.
Dilansir dari Republika, di negara Inggris, polisi kontraterorisme telah menyelidiki puluhan kelompok sayap kanan yang dituduh memicu insiden anti-Muslim selama beberapa pekan terakhir. Sementara di Amerika Serikat, situs website sayap kanan telah menyebarkan propaganda anti-Muslim secara daring. Adapun di India, para ekstrimis menyalahkan seluruh populasi Muslim di negara itu. Ekstrimis mengklaim muslim sengaja menyebarkan virus melalui “corona-jihad”.
Hingga saat ini Islamofobia dan xenofobia (ketidaksukaan atau ketakutan terhadap orang-orang dari negara lain, atau yang dianggap asing) tidak menunjukkan penurunan malah justru semakin meningkat. Tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari namun kasus Islamofobia online juga banyak telah dilaporkan. Khusus di Eropa, berdasarkan European Islamophobia Report pada tahun 2018, kasus-kasus Islamofobia merata hampir terjadi di seluruh bagian negara Eropa bahkan cencerung meningkat setiap tahunnya.