EDITORIAL

BNPT Asal-asalan?

Radio Dakta alias Dakta FM dengan frekuensi 107, adalah radio yang berada di Bekasi, Jawa Barat, dengan nama perusahaan PT Radio Nada Komunikasi Utama. Radio ini berdiri sejak 27 Maret 1992. Dakta juga anggota PRSSNI dengan nomor 013-1/1973. Selain radio, mereka juga mengelola situs Dakta.com.

Radio Dakta adalah media umum, terbuka, yang menyampaikan beragam informasi untuk masyarakat dan kajian-kajian keislaman secara umum. Dakta tidak berafiliasi kepada organisasi kemasyarakatan tertentu, apalagi ISIS seperti tuduhan dalam slide BNPT itu. Lagian, katanya “Pesantren”, kenapa kok “nyempil” ada nama radio?

Di Jawa Barat, ditulis ada 28 Ponpes terafiliasi ISIS. Salah satunya, Yayasan As-Sunnah. Tidak disebutkan, Yayasan As-Sunnah mana. Tetapi di Cirebon, ada sejumlah lembaga pendidikan yang bernaung di bawah Yayasan As-Sunnah. Namun, Yayasan As-Sunnah bukanlah ISIS. Mereka dikenal sebagai kelompok Salafi. Kelompok Salafi jelas berbeda bahkan bermusuhan dengan ISIS.

Di Sulawesi, disebutkan ada 20 Ponpes. Yang paling menonjol dari Sulawesi ini adalah penyebutan enam nama Pesantren Hidayatullah dan Wahdah Islamiyah.

Pesantren Hidayatullah di Sulawesi, jika benar yang disebutkan itu adalah termasuk bagian dari jaringan pesantren yang dikelola Ormas Islam Hidayatullah, adalah pesantren yang sah dan legal.

Cikal bakal Hidayatullah dimulai sejak Senin, 1 Muharram 1393 Hijriyah atau 5 Februari 1973 berupa sebuah pesantren di Karang Bugis, Kalimantan Timur. Pesantren ini diresmikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia, yang kala itu dijabat oleh Prof. Dr. Mukti Ali, pada 1976.

Selanjutnya Ustaz Abdullah Said, pendiri Hidayatullah, membuka pesantren baru di Gunung Tembak, Kalimantan Timur. Pesantren baru ini dikenal dengan nama Kampus Induk Hidayatullah, yang kemudian menjadi pusat kultur Hidayatullah.

Melalui Munas I pada 9-13 Juli 2000 di Balikpapan, Kaltim, Hidayatullah secara resmi mengubah bentuknya dari organisasi sosial menjadi organisasi kemasyarakatan (ormas). Pengurus Pusat Hidayatullah berkedudukan di Jakarta. Hingga saat ini Hidayatullah mengelola sekitar 600 pesantren di seluruh Indonesia. Hidayatullah adalah ormas yang sah, legal dan tidak ada masalah terkait ajarannya, juga bukan simpatisan ISIS.

Kemudian, lebih unik lagi adalah penyebutan Wahdah Islamiyah sebagai pesantren afiliasi ISIS. Padahal, Wahdah Islamiyah adalah ormas Islam. Ketua Umumnya, KH Muhammad Zaitun Rasmin adalah Wakil Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Periode 2015-2020, dan sekarang menjabat sebagai Wakil Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI.

Wahdah Islamiyah pada 19-22 Desember 2021 atau sebulan lalu, mengadakan Muktamar IV. Muktamar yang digelar secara full online dan diikuti 2376 peserta dari seluruh Indonesia itu, dibuka oleh Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button