Hasan al Bana, Sayid Qutb, Maududi, An Nabhani dan Al Attas
Para pencaci atau pengkritik itu ‘bisa dipastikan’ tidak mendalami dan memahami pemikiran dan pribadi Sayid Qutb. Para aktivis yang melakukan aksi terorisme itu, tidak memahami bagaimana kehidupan dan perjuangan Islam Sayid Qutb sejak muda. Qutb telah mengalami perjalanan intelektual yang luas, mulai dari Barat sampai Timur, mulai dari pemikiran tokoh-tokoh Barat sampai tokoh-tokoh Islam.
Bila kita simak tulisan-tulisan Sayid Qutb, maka tulisannya penuh gizi atau wow istilah sekarang. Dalam buku Dirasah Islamiyah misalnya, pembahasan Qutb tiap topic sangat menarik dan penuh pencerahan. Begitu juga dalam buku Maalim fit Thariq, pembahasan tokoh besar ini sangat menarik. Buku ini menjadi perhatian Dinas Intelijen Amerika karena dicetak dan tersebar luas saat itu di Timur Tengah.
Syekh Yusuf Qaradhawi sendiri pernah menyatakan bahwa ketika ia muda, ‘ia selalu’ menantikan tulisan Sayid Qutb di media massa. Ketika Qutb mengeluarkan buku Keadilan Sosial dalam Islam (Al Adalah Ijtimaiyah fil Islam), ia begitu gembira dan merasa tercerahkan.
Memang pengaruh Qutb sangat luas. Bukunya diterjemahkan dalam berbagai bahasa dan juga mempunyai ‘andil’ dalam Revolusi Islam Iran menggulingkan Syah Reza Pahlevi (yang didukung Amerika). (Baca buku saya “Biografi Sayid Qutb dan Kejernihan Pemikirannya” dan situs di internet: Membidik Sayid Qutb.
Memang beda antara orang yang langsung membaca buku tokoh itu dan orang yang membaca pendapat orang tentang tokoh itu. Banyak orang di dunia ini malas untuk membaca pemikiran seorang tokoh secara mendalam, mereka lebih senang membaca komentar orang terhadap tokoh itu.
Mengapa ilmuwan Barat benci kepada fundamentalisme? Mereka tahu bahwa yang akan mengalahkan mereka adalah ilmuwan-ilmuwan yang fundamentalis. Mereka sebenarnya Yahudi atau Kristen Fundamentalis. Mereka tahu bahwa dengan menjauhkan kaum Muslim dari tokoh-tokoh yang mereka cap fundamentalis, maka kaum Muslim akan mengikuti tokoh-tokoh yang kurang bermutu. Tokoh-tokoh yang tidak mendasar pemikirannya. Tokoh-tokoh yang ilmuwan Barat tahu persis kalau kaum Muslim mengikuti mereka, maka tidak akan bangkit pemikirannya. Tidak akan menjadi Muslim yang mulia. Maka dipujalah tokoh Fazlurrahman, Harun Nasution, Abdurrahman Wahid, Nurcholish Madjid dan lain-lain. Ditenggelamkan atau dijuluki sebagai fundamentalis tokoh-tokoh islam seperti Hasan al Bana, Sayid Qutb, Taqiyuddin an Nabhani, Abul Ala al Maududi dan Syed Muhammad Naquib al Attas.
Jadi ilmuwan Barat mendorong terus kaum muslim agar moderat. Maksudnya moderat terhadap ide-ide yang berkembang di masyarakat. Biarkanlah kemaksiyatan dan kekafiran berkembang. Jangan sampai kaum Muslim berpegang teguh pada al Quran yang menyuruh berjihad dan beramar makruf nahi mungkar. Mereka tahu, bila kaum Muslim berpegang teguh pada al Quran, mereka akan kalah.
Ilmuwan Barat tidak punya landasan. Mereka tidak punya kitab suci. Kitab suci yang dipercaya mereka –terutama Bibel—mereka ragui. Mereka lebih percaya pada nafsu dan akal mereka. ‘Mereka hidupnya penuh dengan keraguan’ akibat tidak punya landasan dalam hidupnya.
Beda dengan ilmuwan Muslim. Mereka hidupnya penuh dengan keyakinan, karena memiliki al Quran. Satu-satunya kitab suci yang otentik bagi manusia.
“Alif lam mim (mungkin Allah, JIbril, Muhammad). Kitab ini, tidak ada keraguan padanya. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, melaksanakan shalat dan membelanjakan sebagian rizqi yang kami berikan kepada mereka. Dan mereka yang mereka yang beriman kepada yang diturunkan kepadamu (Al Quran) dan (kitab-kitab) yang diturunkan sebelum kamu dan kepada akhirat mereka meyakininya. Mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS al Baqarah 1-5).