Insan Mokoginta: Mualaf yang Jadi Pakar Kristologi
“Saya bergaul dengan keluarga Muslim yang taat sekali. Saya melihat kehidupan Islam yang lebih unggul daripada Kristen,” kata Ustadz Insan Mokoginta (almarhum) menceritakan kisahnya berpindah agama dari Kristen ke Islam.
Saat itu umur Ustadz Insan baru 31 tahun. Tahun 1980 itu ia berkenalan dengan seorang anggota polisi yang taat agamanya, namanya Letnan Dua (polisi) Warubayarub.
“Ia polisi yang sangat taat dalam menjalankan syariat Islam. Terakhir dia pangkatnya mayor dan sudah meninggal dunia ,” kata Pak Insan – panggilan akrabnya – mengisahkan perjalanan hidupnya. Pak Insan memutuskan hijrah dari kota kelahirannya ke Jakarta tahun 1978.
“Saya menjadi muslim (mengucapkan syahadat) di Masjid Al Muqarrabin asrama polisi Brimob Kelapa Dua Depok tahun 1980,” terang laki-laki kelahiran Kota Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara ini. Setahun kemudian ia menikah dengan gadis pujaan hatinya.
Insan mulai karir hidupnya dengan menjadi tukang kayu (pembuat mebel) di asrama polisi itu. Pekerjaan itu dilakoninya sambil jualan kecil-kecilan dan menyewakan komik Kho Ping Hoo dan lain-lain. Ia pertama kali di Depok menumpang pada Rida Doutolong (Resimen Pelopor).
Pemberian buku Ahmad Deedat dari Warubayarub kepadanya, membuatnya mulai membandingkan Injil dengan Al-Qur’an. “Untuk menjadi pengikut Yesus yang baik dan benar harus masuk Islam,” terangnya kepada kami.
Ajaran Yesus yang benar, sebagaimana Islam, mengatakan babi haram, tapi mereka makan. Orang Islam harus sunat, mereka nggak. Yesus menyuruh umatnya menyembah Allah, tapi mereka malah menyembah Yesus.
Sambil menekuni buku-buku Ahmad Deedat, laki-laki kelahiran 8 September 1949 ini mengembangkan bisnisnya dengan mendirikan toko bangunan (material). Ia kemudian membeli tanah di dekat Brimob dan mendirikan toko elektronik miniglodok.
Tahun 1994, ia pergi haji. Pulang dari tanah suci, kemudian ia menulis buku Dialog Rasional Islam Kristen jilid 1, 2 dan 3. Buku itu ia cetak sendiri dan sebarkan ke keluarga besarnya baik yang beragama Islam maupun Kristen.
Tahun 1998, ia menulis buku menjawab brosur-brosur berwajah Islam dari pendeta Suradi ben Abraham.
Tahun 1999, ia membuat FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan) dengan Abu Deedat, Mulyadi, Ramli Nawae dan lain-lain.
Tahun 2003, ia terjun ke dunia dakwah dan menyerahkan bisnis ke istri dan anaknya.