SAKINAH

Jadikan Anak-anak Kita Permata Hati

Sungguh dijadikan indah setiap pandangan dan kecintaan kepada anak anak, sebuah anugerah rasa sayang dan cinta yang Allah Ta’ala berikan kepada setiap makhluk. Namun akan menjadi sesuatu bencana dan permusuhan ketika anak anak berubah menjadi manusia manusia yang tidak sholih dan sholihah, mereka bukan saja menjadi musuh tapi lebih dari itu yaitu mampu membawa kedua orang tuanya ke dalam siksa neraka.

Anak dalam keluarga adalah permata hati, labuhan jiwa dan harapan masa depan. Pada diri orang tua, anak adalah muara kecintaannya. Sebuah perasaan yang fitrah dari orang tua terhadap anak-anaknya, datang sebagai naluri. Allah Ta’ala tidak melarang adanya kecintaan pada anak, karena cinta kepada mereka adalah wajar, asal tidak berlebihan. Sedang, cinta yang berlebihan hanya akan melahirkan kekecewaan dan kesedihan.

Sebuah fitnah dan ujian teramat dasyat ketika mereka jadikan anak anak hanya sekedar menjadi kesenangan dunia dan kebanggaan semu, mereka para orangtua lupa akan amanah yang telah Allah Ta’ala titipkan kepada mereka untuk supaya dididik dengan Aqidah dan akhlak islam.

Semua anak terlahir dalam keadaan fitrah suci, yang membuat mereka sesat adalah kedua orangtuanya, sebagaimana hadits Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ

“Setiap bayi yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani” (HR. Bukhari-Muslim)

Artinya secara kodrat anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari kedua orang tuanya. Dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang hidup didunia ini. Anak adalah amanah Allah Ta’ala kepada kita, masing-masing dari kita berharap anaknya menjadi anak yang baik, dan maka dari itu dibutuhkan optimalisasi tanggung jawab dan peran dari orang tua.

Meskipun pada dasarnya seorang anak lahir di atas fitrah, akan tetapi ini tidak berarti kita membiarkannya tanpa pengarahan dan bimbingan yang baik dan terarah, karena sesuatu yang baik jika tidak dijaga dan dirawat, ia akan menjadi tidak baik akibat pengaruh faktor-faktor eksternal. Pendidikan dan pengarahan yang baik terhadap anak sebenarnya sudah harus dimulai sejak anak tersebut belum lahir bahkan sebelum anak tersebut ada di dalam kandungan.

Allah Ta’ala, berfirman:

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوٰجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Dan orang-orang yang berkata, Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan 25: Ayat 74)

Allah Ta’ala menjadikan anak permata hati dimana anak ini menjadi idaman setiap orang tua beriman, karena puncak tertinggi di akhirat itu anak permata hati karena menjadikan anak permata hati bukan hal mudah. Berapa orang tua gagal menjadikan anak permata hati. Perkara berat yang harus disusul dengan perjuangan berat.

Kadang kita membanggakan anak ketika anak kita sukses urusan duniawinya tanpa kita mengerti mereka sholih atau tidak. Allah Ta’ala menyebutkan apakah anakmu menjadi Qurrota Ayun atau tidak. ketika anak berhasil menjadi sholih tidak ada yang beruntung kecuali orang tuanya saja.

Bagimanapun anak adalah generasi penerus, pembawa estafet silsilah gen kita dan pelanjut kesejarahan spesis manusia di muka bumi. Pembentukan jiwa anak yang kuat dengan muatan keimanan dan keagamaan yang kokoh, berarti telah mempersiapkan sebuah generasi yang siap bertarung dengan kehidupan dunia yang sangat keras, kadang-kadang kejam dan seringkali menuntut pengorbanan.

Tak ada falsafah dan ajaran yang lebih sesuai dengan kondisi ini selain ajaran Muhammad (saw) yang mengajarkan setiap Muslim untuk selalu berpartisipasi aktif dalam setiap pergolakan kesejarahan manusia yang telah dibekali ajaran Islam yang lebih manusiawi. Tugas ini Nabi (saw) tegaskan, “Tiap-tiap kamu adalah seorang pemimpin, dan tiap kamu akan dimintai pertanggung-jawaban atas apa yang dipimpinnya.” (H.R. Bukhari & Muslim)

Disamping sebagai kebanggaan, anak adalah tanggung jawab, amanah yang harus dijunjung tinggi. Dan kelak dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah Ta’ala.

Wallahu a’lam.

Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia

Artikel Terkait

Back to top button