MUHASABAH

Kasus HRS, Istana Nabok Nyilih Tangan?

Adanya operasi demarketing politik ini tampaknya sangat disadari oleh FPI dan para pendukungnya.

Mereka segera menyebar file-file lama. Anggota FPI di beberapa daerah melakukan penyemprotan disinfektan di gereja.

Salah satu foto menunjukkan anggota FPI sedang menyemprot sebuah ruangan dengan patung Yesus di latar belakangnya.

Foto itu sangat ikonik. Loud and clear.

Secara visual target dari penyebaran foto-foto ini sangat jelas. Counter opini.

FPI ingin menunjukkan bahwa mereka sangat sadar dengan protokol kesehatan, sekaligus bukan kelompok radikal yang intoleran.

Pada video yang beredar, memperlihatkan anggota FPI baru saja merenovasi rumah seorang janda di Sumatera Utara. Sang janda beranak empat itu beragama Nasrani.

Yang lebih seru lagi adalah video lama Tito Karnavian sedang pidato dalam sebuah forum FPI. Video itu diedarkan dengan dibubuhi berbagai narasi.

Video itu kelihatannya diambil saat Tito Karnavian masih menjadi Kapolda Metro Jaya. Hubungannya dengan FPI sedang mesra-mesranya.

Tito memuji kegiatan yang dilakukan oleh FPI.

Menurutnya, stigma FPI radikal, intoleran, identik dengan tindak kekerasan, merupakan label yang dibuat media.

Bagaimana dengan isu HRS positif Covid?

FPI membuat strategi jitu dengan menyebarkan video. Dia sedang asyik bermain dengan cucunya.

Jadi bahan kajian

Perang strategi marketing politik, demarketing Vs image building yang terjadi antara pemerintah Vs FPI ini menarik untuk dicermati. Bisa jadi bahan kajian.

Narasi siapa yang paling kuat. Pesannya ditangkap dan dipercaya publik?

Bagi pemerintah dan TNI, harus disadari mereka tidak hanya berhadapan dengan HRS dan para pendukungnya.

Masuknya Pangdam Jaya dan TNI dalam medan perang opini dengan HRS, membuat tanduk masyarakat sipil, termasuk para senior TNI langsung berdiri.

Mereka waspada tinggi. Alarm tanda bahaya menyala.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button