MUHASABAH

Kasus HRS, Istana Nabok Nyilih Tangan?

Tindakan itu bisa ditafsirkan sebagai langkah awal kembalinya Dwifungsi TNI.

TNI kembali ditarik-tarik dan masuk ke tugas pokok dan fungsi institusi sipil.

Tak kalah seriusnya, tindakan itu juga merupakan tanda-tanda sangat serius. Rezim telah Jokowi menjelma sebagai penguasa otoriter.

Menggunakan militer untuk menekan lawan-lawan politiknya.

Gubernur DKI Anies Baswedan membuat sindiran sangat cerdas.

Dia memposting fotonya sedang membaca buku: How Democracies Die karangan Daniel Ziblatt dan Steven Levitsky.

Reaksi masyarakat sipil yang begitu luas, tampaknya disadari oleh Istana dan Mabes TNI.

Mereka segera membantah. Tidak pernah memerintahkan Pangdam menurunkan baliho, apalagi membubarkan FPI.

Masalahnya, mereka juga tidak secara terbuka menyalahkan, apalagi mengecam dan mengambil tindakan agar Pangdam Jaya segera menghentikan langkahnya.

Peribahasa Jawa menyebut perilaku istana ini sebagai “nabok nyilih tangan.” Memukul dengan memakai tangan orang lain.

Mau makan nangkanya, tapi tidak mau kena getahnya.

Dari sisi marketing politik, publik adalah konsumennya. Voters, pemilih yang harus dimenangkan hatinya.

Produk apa dan strategi pemasaran mana yang bisa memenangkan persepsi publik?

Anda, para pembaca semua yang memutuskan. end

Hersubeno Arief

sumber: facebook hersubeno arief

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button