RESONANSI

Kegamangan Politik Eks Partai Oligarki

Yang telah mengecilkan arti tukang bakso, mengucilkan manfaat para ibu-ibu mengikuti pengajian, atau malah menyitir menyalahkan ibu-ibu menggunakan minyak goreng, ketika pemerintah menghadapi masalah krisis kelangkaan minyak goreng saat itu.

Ketika dari asal kembali ke muasal, meski berganti orang dari Jokowi ke Ganjar Pranowo, sama dan tetap saja digelarinya hanya petugas partai dan atau boneka partai.

Yang oleh Rocky Gerung dinilainya takkan beda jauh dari pendahulunya bakal hanya menelurkan kebijakan-kebijakan penerabasan, kebablasan dan abal-abal serta oplosan. Itu akan semakin memperparah —disebut untuk tujuan kesinambungan pembangunan Jokowi yang mang sudah rusak—kondisi Indonesia ke depannya.

Semakin memperparah dikarenakan kesinambungannya itu ujung-ujungnya Indonesia hanya akan menjadi negara oligarki yang akan mendudukkan pada kekuatan dua kekuasaan mutlak pada partai politik oligarki dan oligarki korporasi.

Lihat saja kemunculan banyak mafia, dari mafia pajak, mafia migas, mafia tambang, mafia peradilan hingga mafia kriminal (judi, narkoba, prostitusi, trafficking, money laundring, penyelundupan, dsb), adalah jalan pembuluh-pembuluh darah yang jantungnya adalah negara oligarki sendiri.

Bahkan, kecenderungan yang lebih memperparah itu sudah ada gejala kemunculannya ketika di Kabinet Jokowi itu terwadahi kumpulan penguasa sang pengusaha yang tentakelnya sudah pasti menjulur kemana-mana menjadi gurita bisnis global yang menyarang hingga RRC Tiongkok negara penguasa baru ekonomi dunia.

Yang jelas, semoga kegamangan politik mereka itu menjadi pertanda mereka tengah teralienasi dalam wadah “kenikmatan” terlenakan oleh elitisme mereka sendiri di Istana Menara Gading.

Yang sesungguhnya di altarnya hingga paling bawah telah kehilangan pendukung akar-akar rumputnya, yaitu hak-hak dan pilar-pilar “kedaulatan rakyat” yang telah terlupakan dan dilupakan oleh mereka sendiri.

Inilah yang akan memberi benefit kemaslahatan bagi Koaliasi Persatuan untuk Perubahan yang menggadang Anies Rasyid Baswedan calon Presiden untuk memimpin agenda revolusi dan restorasi perubahan signifikan Indonesia mewujudkan kesetaraan dan keadilan kesejahteraan bersama untuk persatuan dan kesatuan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Intinya KPP bersama Anies harus tetap kuat menegakkan konsistensinya bersatu untuk tidak tergoyahkan dikarenakan kegamangan politik eks partai oligarki pasca Ganjar Pranowo ke PDIP, bisa saja KKIR dan KIB bakal merapat ke KKP.

Terlebih, adanya rekam jejak historis yang bisa menggugah perasaan romantisme politik yang akan meluluhkan kekuatan penegakan konsistensi itu, seperti:

Anies Rasyid Baswedan sendiri dimenangkan dalam PIlkada DKI 2017 adalah berkat dukungan Gerindra yang boleh jadi sebagai “pentolan utama” KKIR tak ada yang tak mungkin akan merapat ke KKP untuk meraih jabatan bacapres dengan mengajukan Prabowo Subianto sendiri dan atau Sandiaga Uno.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button