OPINI

Kepentingan Bisnis dan Politik China di Balik Pilpres 2019

Story Highlights
  • Keputusan pemerintahan Jokowi untuk mempercepat penandatanganan tahap pertama OBOR Project dapat dipastikan berkaitan dengan adanya tali temali kepentingan bisnis dan politik. Kali ini Jokowi tampaknya secara terbuka sudah memilih untuk lebih mendekat ke China.

“Beijing mendorong negara lain mempunyai ketergantungan utang, dengan kontrak-kontrak yang tidak jelas, praktik pinjaman predator, kesepakatan korup yang membuat negara-negara lain terlilit utang,” kecam Menlu AS Rex Tillerson.

Sebuah studi yang dilakukan oleh The Center for Global Development (2018) memperkirakan ada 8 negara yang bakal jatuh ke dalam jebakan utang Cina. Djibouti, Kirgistan, Laos, Maladewa, Mongolia, Montenegro, Pakistan, dan Tajikistan.

Banyak negara-negara miskin yang tergiur meminjam dana dari China untuk membangun infrastrukturnya, karena prosesnya yang cepat dan mudah. Duta Besar AS di Australia Arthur Culvahouse JR menyebutnya sebagai praktik payday loan diplomacy.

“Dana pinjaman tersebut terlihat menarik dan mudah diperoleh. Namun peminjam seharusnya mempelajari secara seksama ketentuan-ketentuan mengikat yang menjadi syarat pinjaman itu,” ujarnya memperingatkan.

Praktik ini secara tradisional dikenal sebagai praktik rentenir. Pinjaman mudah, dengan bunga tinggi. Apabila tidak bisa membayar, hartanya disita. Tak jarang orangnya disandera. Cina menjalankan skema rentenir dalam skala global.

Pengalaman buruk negara-negara lain itu seharusnya menjadi pertimbangan dan pembelajaran bagi pemerintahan Jokowi.

Ada beberapa hal yang harus mereka pertimbangkan. Selain jebakan utang, ada isu-isu yang sangat sensitif dan dapat mempengaruhi hasil pilpres. Isu itu adalah membanjirnya tenaga kerja China, dan berubahnya bandul politik Indonesia yang bergerak mendekat ke Poros Beijing.

Membanjirnya tenaga kerja Cina menjadi isu sangat sensitif berkaitan dengan banyaknya jumlah penganggur di dalam negeri. Sementara mendekatnya Indonesia ke Poros Beijing dipastikan akan membuat AS tidak nyaman.

Secara geografis dan demografis, posisi Indonesia sangat strategis dalam peta geopolitik global. Siapa yang akan menjadi pemenang dalam pilpres, dipastikan tidak akan lepas dari pengamatan China, maupun AS. Kedua negara adidaya dunia itu punya kepentingan besar.

Keputusan pemerintahan Jokowi untuk mempercepat penandatanganan tahap pertama OBOR Project dapat dipastikan berkaitan dengan adanya tali temali kepentingan bisnis dan politik. Kali ini Jokowi tampaknya secara terbuka sudah memilih untuk lebih mendekat ke China.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button