NUIM HIDAYAT

Ketika Para Kiai Disembelih (2)

Padahal, Soerjo dikenal sebagai pemimpin penting dalam perang melawan Belanda di Surabaya. Kini di Ngawi berdiri Monumen Gubernur Soerjo.

Di Madiun lebih mengerikan. Di sini PKI menusuk dubur banyak warga Desa Pati dan Wirosari (Madiun) dengan bambu runcing. Lalu mayat mereka ditancapkan di tengah-tengah sawah, hingga mereka kelihatan seperti hantu pengusir burung pemakan padi. Salah seorang diantaranya wanita, ditusuk kemaluannya sampai tembus ke perut, juga ditancapkan di tengah sawah.

Di Kota Magetan, anggota-anggota PKI merentangkan tangga melintang di bibir sumur, kemudian Bupati Magetan dibaringkan di atasnya. Ketika terlentang terikat itu, algojo menggergaji badannya putus sampai dua, lalu langsung jatuh ke dalam sumur.

Di Magetan juga PKI pernah menimbun di sumur Soco Kiai Sulaiman bersama 200 santrinya yang saat itu terus berdzikir. Kejadian itu pada September 1948.

Begitu juga yang terjadi Pabrik Gula Gorang Gareng yang genangan darahnya sampai setinggi mata kaki. Di situ Kiai Imam Mursyid Takeran hilang tak jelas rimbanya dan baru ketemu rangka tubuhnya setelah 16 tahun. PKI diduga kuat mengadakan pesta daging bakar ulama dan santri di lumbung padi.

Kisah Isro seorang guru di Jawa Timur juga menyedihkan. Pada usia 10 tahun, pada tahun 1965, ia hanya bisa memunguti potongan-potongan tubuh ayahnya yang sudah hangus dibakar PKI di pinggir sawah untuk dimasukkan dalam kaleng.

Kekejian PKI juga terjadi di Blora. Pasukan PKI menyerang Markas Kepolisian Distrik Ngawen, Blora pada 18 September 1948. Setidaknya 20 orang anggota polisi ditahan PKI. Tujuh polisi yang masih muda dipisahkan mereka. Sementara yang lainnya dibantai atas perintah Komandan Pasukan PKI Blora. Tujuh polisi muda itu ditelanjangi dan kemudian leher mereka dijepit dengan bambu. Dalam kondisi luka parah, tujuh polisi itu dibuang dalam jamban (WC) dalam kondisi masih hidup. Setelah itu mereka baru ditembak mati.

Sastrawan terkemuka Taufik Ismail juga mencatat kekejaman PKI ini: “Di samping lubang pembantaian yang sengaja digali, tempat penyembelihan itu praktis dilakukan di sumur-sumur tua tak terpakai, yang banyak terdapat di desa-desa itu.

Karena repot dan sibuk, di Cigrok korban dikubur hidup-hidup. Di sebuah sumur tua yang tak tertimbun penuh, terdengar suara azan dari dalamnya. Tapi Kiai Imam Sofwan dari Pesantren Kebonsari tidak tertolong.

Pesantren-pesantren menjadi sasaran utama PKI, karena itulah komunitas yang anti-Marxis-Leninis, yaitu Pesantren Takeran, Burikan, Dagung, Tegalredjo (tertua), Kebonsari, dan Immadul Falah…

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button