NUIM HIDAYAT

Khawatir Ganjar Jadi

Di media sosial saat ini ramai saling menyerang antara pendukung Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo. Prabowo tidak menjadi perbincangan menarik bagi kalangan netizen. Selain usianya sudah tua, juga gerakan Prabowo tidak ada yang menarik untuk dikomentari. Hampir dipastikan Prabowo akan kalah lagi bila ia maju lagi 2024.

Karena itu Jokowi cs punya agenda memasangkan Ganjar Prabowo. Diharapkan perpaduan dua partai besar, PDIP dan Gerindra akan membuat koalisi istana Jokowi makin kuat.

Nampaknya Prabowo bimbang dengan usul Jokowi itu. Soalnya ia sudah terlanjur buat kesepakatan dengan Cak Imin. Bila Cak Imin tidak diberi jabatan apa-apa, tidak menutup kemungkinan ia akan menyeberang ke Koalisi Perubahan. Bola lobi nampaknya masih terus bergulir minggu-minggu ini.

Apa yang dikhawatirkan netizen, khususnya umat Islam terhadap Ganjar?

Tim PDIP dibelakang Ganjar dikhawatirkan akan meneruskan kebijakan Jokowi yang merugikan umat Islam. Seperti penangkapan ulama ulama yang tidak terlibat terorisme, kebijakan radikalisme yang memojokkan umat Islam, kebijakan ekonomi pro China yang banyak merugikan tenaga kerja pribumi dan lain lain. Hobi Ganjar yang suka nonton porno juga dikhawatirkan akan menjadikan negeri ini bebas pornografi.

Meski istri Ganjar dan keluarganya adalah seorang santri, Ganjar sendiri terlihat abangan. Maka jangan heran pendapatnya tentang pornografi seperti itu. Untuk menutupi agar Ganjar tidak terlihat abangan, PDIP lewat Megawati memberikan simbol kopiah untuk Ganjar pada peresmian dukungan beberapa Minggu lalu.

Pertarungan ideologi nasionalis Islam (Anies) dan nasionalis sekuler (Ganjar) akan terus berlangsung sampai pemilu 2024. Ganjar mungkin akan lebih banyak melakukan aksi aksi pro Islam untuk menutupi sekulerismenya. Di samping tentu saja milenial akan digarap serius oleh PDIP untuk menaikkan popularitas Ganjar.

Bagaimana dengan survei survei yang menempatkan Anies nomer buncit dibawah Ganjar dan Prabowo? Jangan terlalu percaya dengan survei survei politik di tanah air. Kebanyakan survei politik adalah bayaran. Kelompok atau partai tertentu bisa memesan mana tokoh yang diunggulkan dan mana yang dijatuhkan. Asal harga sesuai dengan lembaga survei.

Denny JA ahli survei sendiri mengakui ada dua jenis survei. Ada survei opini dan survei kenyataan. Survei yang di media massa kebanyakan adalah survei opini. Yaitu survei yang tujuannya adalah untuk mengangkat seorang tokoh atau mendukung kebijakan pemerintah atau sang pembayar.

Maka jangan heran ketika pemilihan calon gubernur DKI 2017, hampir semua lembaga survei menjagokan Ahok. Karena mereka ‘mendapat bayaran’ untuk itu. Tapi apa hasilnya? Anies Baswedan menang telak secara mengejutkan.

Langkah Jokowi dan Mega yang ingin menggandeng partai sebanyak-banyaknya biarkan saja. Anies tidak akan dikalahkan oleh koalisi elit partai. Mayoritas umat Islam merasa kecewa dengan pemerintah Jokowi. Jadi apapun yang digagas Jokowi untuk meneruskan kekuasaannya, lewat Ganjar, kemungkinan besar akan gagal.

Dengan adanya media sosial dan handhpone yang jumlahnya sekitar 200 juta, sulit untuk membodohi masyarakat. Masyarakat terdidik dan akar rumput, khususnya umat Islam Indonesia lebih menyukai Anies daripada Ganjar. Bahkan kini masyarakat non Muslim pun ada yang mendukung Anies.

Mudah mudahan 14 Februari nanti adalah hari kemenangan umat Islam di tanah air. Hari kemenangan seluruh rakyat yang menginginkan kemakmuran dan keadilan benar benar terwujud di negeri ini. Bukan hari kemenangan Jokowi lagi. Selamat tinggal Jokowi dan selamat kembali ke kampung halaman Solo. Selamat tinggal China dan selamat datang kemandirian ekonomi dan politik Indonesia. Wallahu azizun hakim. []

Nuim Hidayat, Pengamat sosial politik.

Artikel Terkait

Back to top button