RESONANSI

KPP dan ‘Koalisi Rakyat’ Melawan Oligarki Jilid II

Dibiarkan pula kriminalisasi merebak di mana-mana. Bahkan, lembaga kepolisian sebagai pengayom rakyat justru malah terbalik mem-backing-i para mafia narkoba, judi, prostitusi, penyelundupan, pajak, bea dan cukai, bahkan mafia hukum dan peradilan.

Sementara instusi religiusitas penjaga moral rakyat, bangsa dan negara, yaitu agama Islam yang mayoritas, sengaja dibenturkan dengan pandangan ekstrim paradigmatis Islamophobia yang seolah masih menebarkan idiologi ketakutan krisis intoleran, radikal dan terorisme.

Lain lagi dengan institusi pendampingnya, terutama lembaga-lembaga pendidikan tinggi: kampus-kampus dipasung untuk tidak berpolitik, rektor-rektornya sudah tidak lagi “bebas nilai” dikatrol dan dikontrol oleh pemberian jabatan rezim penguasa.

Sehingga, mahasiswa yang biasa sebagai patron demonstrasi hanya tinggal berteriak parau menyuarakan perlawanannya semakin terbelenggu oleh sistem katrol yang bisa mematikan aktivitas keakademisannya sendiri.

Jikalau Jokowi berhasil banyak membangun infrastruktur, itupun sumber pendanaannya berasal dari hasil berhutang yang jumlahnya semakin menggila “bejibun” sangat besar yang bakal membebani generasi kepemimpinan baru berikutnya.

Yang jelas, rekam jejak Jokowi itu sudah sangat merusak bangsa dan negara ini. Harus dilakukan transisi kepemimpinan yang tidak main-main, tetapi secara nyata-nyata dan sungguh-sungguh membawa perubahan besar dan signifikan bagi negeri yang sedang “karut marut” dan “terpuruk” ini.

Dan itu tiada lain jatuh pilihannya di pundak kepemimpinan bacalon Presiden Anies Rasyid Baswedan yang sudah diusung secara de jure tiga partai Nasdem, PD dan PKS dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang telah memenuhi persyaratan kuota PT 20%.

Tetapi, yang sangat luar biasa hebat, adalah adanya dukungan besar dari apa yang disebut oleh penulis sendiri sebagai “Koalisi Rakyat”.

“Koalisi Rakyat” inilah yang sesungguhnya mampu dan mumpuni tengah membendung laju akselerasi kekuatan “super-duper” oligarki jilid II itu.

“Koalisi Rakyat” itu sebagai pencerminan gerakan kesadaran dan empirisme membangkitkan kembali nilai-nilai kedaulatan rakyat yang selama ini tengah dirusak oleh rezim otoritarianisme yang tinggi daya dobraknya dalam upaya mengikis proses demokrasi dan demokratisasi:

Maka, komponen militansi, partisan dan partisipan “Koalisi Rakyat” ini, adalah, pertama, gerakan kemandirian dan keswadayaan komunitas sukarelawan politik yang bak jamur di musim hujan tengah tumbuh subur di seluruh pelosok nusantara memberikan dukungan kepada kepemimpinan sang pengubah Anies Rasyid Baswedan.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button