REMAJA

Mewaspadai Arus LGBT di Balik Serial Film

Siapa nih yang suka nonton serial film? Hayo ngaku deh! Sepertinya banyak ya kawula muda sampai para ibu-ibu setia mantengin serial film kesukaannya di berbagai platform media streaming digital. Apalagi di musim pandemi yang mendukung untuk tetap tinggal di rumah. Serial film menjadi alternatif masyarakat untuk menghilangkan kebosanan selama di rumah.

Gak heran para anak muda dan ibu-ibu selalu stay mantengin serial yang akan tayang biar gak ketinggalan ceritanya. Semua genre dari komedi sampai action semua dijabanin. Bahkan serial Sianida yang berkisah tentang sepasang kekasih sesama jenis yang baru tayang Rabu (25/8) mendapat antusias dari para penonton.

Dikutip dari detik.com, Sianida serial orisinal WeTV yang baru saja rilis pada Rabu (25/8), cukup mendapatkan sorotan di media sosial. Disamping kisahnya yang mengusung kasus pembunuhan kopi sianida, serial ini juga menampilkan sepasang lesbian yang cukup mendapat banyak perhatian masyarakat khususnya di media sosial.

LGBT merupakan penyakit penyimpangan seksual yang hingga kini masih pro kontra di tengah masyarakat. Di Indonesia sendiri eksistensi LGBT masih dianggap tabu namun setelah dilegalisasi pernikahan sesama jenis di Amerika Serikat pada tahun 2015. Para aktivis LGBT terus menunjukan eksistensi mereka. Banyak upaya yang aktivis LGBT kampanyekan di tengah masyarakat dari membuat komunitas, event hingga merambah ke hiburan seperti perfilman.

Sebelum serial Sianida, Perfilm yang menceritakan tema LGBT telah ada seperti Kucumbu Tubuh Indahku (2009), Arisan (2003), Berbagi Suami (2006) dan Lovely Man (2011). Namun film ini kemudian mendapatkan penolakan dan pencekalan dari sejumlah organisasi masyarakat.

Tidak dipungkiri eksistensi LGBT kini tengah menjadi hal biasa yang berseliweran di tengah masyarakat. Hal ini dilihat dari banyak influencer yang juga suka memainkan peran kemayu untuk konten, ada juga yang memang berpenampilan wanita karna merasa dirinya adalah wanita alias LGBT. Mereka pun banyak disukai dan didukung oleh followers mereka. Wajar bila kini tema LGBT juga mulai berani tampil dengan bentuk serial film yang digarap oleh produksi film platform digital.

Arus LGBT di balik serial film tentu perlu diwaspadai, perkara ini bukan hal kecil sebab dewasa ini kita paham bahwa apa yang kita sering tonton dapat menjadi refrensi diri dalam kehidupan sehari-hari. Maka pepatah yang mengatakan tontonan itu tuntunan tidaklah salah. Peluang ini tentu saja telah lama dibaca barat untuk digunakan dalam strategi memerangi kaum muslimin sejak pemerintahan Islam runtuh dan digantikan pemerintahan sekuler global.

Kaum Barat berupaya menguatkan hegemoninya dengan perang pemahaman. Upaya ini dilakukan mereka agar menjadikan kaum muslim teralihkan dari agamamnya atau sekuler. Mereka kemudian membuat strategi marketing dengan 7F yaitu fun, food, fashion, film, free thingking, free seks dan friction. Maka tak heran jika kaum muslim kini sangat jauh dari pemahaman Islam bahkan mewajarkan lahirnya film bertemakan LGBT atau ide kebebasan yang lain.

Padahal Nabi Muhammad Saw pernah bersabda, “Apabila kemaksiatan telah merajalela di kalangan umatku maka Allah meratakan azab kepada mereka semua dari sisi-Nya”. (HR. Ahmad). Hal Ini menunjukkan bahwa umat Islam di negeri tercinta kita ridho apabila azab Allah SWT turun kepada mereka. Na’udzubillahi mindzalik.

Islam memandang bahwa LGBT merupakan dosa besar yang harus dihindari sebab telah menyimpang dari penyaluran seks yang benar. Allah SWT menciptakan laki-laki berpasangan dengan perempuan sehingga dari keduanya melahirkan generasi penerus. Sebaliknya jika laki-laki berpasangan dengan laki-laki atau perempuan berpasangan dengan perempuan maka dari kedua pasangan ini tidak akan lahir generasi penerus justru yang lahir azab berupa penyakit kelamin yang Allah SWT berikan kepada pelaku.

Maka Islam sebagai dien yang sempurna mengatur dan memberikan sanksi tegas terhadap pelaku homo beserta pasangannya dengan hukuman mati sedangkan pelaku lesbian dengan sanksi takzir dari khalifah. Sanksi tegas Islam ini berfungsi sebagai jawabir dan zawajir yakni sebagai penebus siksa akhirat dan pencegah tindak kriminal sehingga akan menjaga individu muslim dari penyimpangan seksual yang dilaknat Allah SWT.

Negara Islam kemudian akan memanfaatkan film hanya untuk digunakan sebagai alat propagandakan dakwah Islam, mengedukasi umat dengan informasi yang bermanfaat dan memfilter konten-konten negatif seperti hoaks, porno bahkan film bertema LGBT.

Penjagaan Islam tidak hanya dari sanksi dan filter konten namun juga akan dibangun dari pemahaman aqidah, penerapan sistem pergaulan Islam, ekonomi Islam dan pemerintahan Islam dengan penerapan sistem Islam yang kompleks dapat mewujudkan generasi yang bebas dari LGBT dan pemahaman Barat. Wallahu ‘alam.

Azrina Fauziah, Aktivis Dakwah dan Pegiat Literasi Komunitas Pena Langit.

Artikel Terkait

Back to top button