SUARA PEMBACA

PSBB Berpolemik Kapan Berakhir?

Berbagai kebijakan plin-plan dan salah langkah ala kapitalisme, yang hanya menitik beratkan pada kepentingan ekonomi. Terbukti tidak hanya gagal menyelematkan perekonomian negara dan menuntaskan pandemik. Namun juga, semakin membuktikan abainya penguasa terhadap penyelamatan kepentingan dan nyawa rakyat.

Bonus lonjakkan angka dan lockdown dari dunia sebagai tamparan keras ke muka penguasa. Semestinya membuat tuan-tuan penguasa bermuhasabah dan segera mencari sistem alternatif yang solutif. Karena kapitalisme terbukti ambyar dan gagal total menuntaskan problematika rakyat saat pandemik. Saatnya menundukkan diri demi kepentingan rakyat dan bangsa ini. Serta mengakui bahwa tidak ada sistem alternatif yang solutif selain sistem Islam yang mumpuni.

Paradigma Islam dalam menuntaskan wabah, tidak hanya cemerlang, tapi juga memiliki nilai spiritualitas tinggi. Karantina wilayah pembawa virus dipilih sebagai rekomendasi langsung dari teladan agung Rasulullah Saw. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw. berpesan, “Jika kalian mendengar adanya wabah di suatu negeri maka janganlah kalian memasukinya. Namun, jika terjadi wabah di tempat kalian berada maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad).

Karantina wilayah ini dibarengi dengan upaya pemenuhan kebutuhan pokok rakyatnya saat krisis. Sebagaimana dicontohkan oleh Khalifah Umar bin Khattab Ra. pada saat negara diserang wabah dan paceklik. Khalifah Umar Ra. tidak hanya menerapkan lockdown saat terjadi wabah di Syam. Namun juga, turun langsung menyalurkan bantuan kebutuhan pokok kepada rakyat yang juga tengah menghadapi paceklik.

Dalam naungan Islam, rakyat juga tidak akan kesulitan mengakses pelayanan dan fasilitas kesehatan. Sebab sebagai salah satu sektor vital, menjadi kewajiban negara menyediakan pelayanan dan fasilitas kesehatan bagi rakyat. Hebatnya, pelayanan dan fasilitas ini dapat diakses secara berkualitas, mudah, murah bahkan gratis dan merata bagi seluruh warga negara. Tentunya tanpa membedakan agama, bangsa, etnik, ras dan sukunya.

Sumber anggaran penyelenggaraan sektor kesehatan dikelola berdasarkan ketetapan syara. Yakni diambil dari baitul mal (kas negara) dan bersifat mutlak. Adapun sumber dana baitul mal diperoleh dari pengelolaan harta kepemilikan umum, jizyah, kharaj, dll. Sedangkan bersifat mutlak artinya ada dan tidaknya dana di baitul mal, menjadi kewajiban negara tetap menyelenggarakan pelayanan kesehatan rakyatnya. Jadi jika dana baitul mal kosong, negara boleh memungut pajak dari masyarakat yang mampu dan kaya saja.

Tingginya kepedulian dan tanggung jawab khalifah terhadap rakyat saat menghadapi krisis. Sejatinya lahir dari konsekuensi keimanan seorang hamba terhadap Al-Khaliq. Karena seorang khalifah dalam naungan Islam merupakan pelaksana syariah-Nya secara kafah di atas bumi. Serta penjaga dan perisai bagi rakyatnya.

Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. “Seorang imam (khalifah/kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Ia sadar benar bahwa sangat berat bertanggungjawaban seorang penguasa di hadapan Allah Swt. Sebab lalainya amanah menyebabkan diri haram memasuki surga. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw., “Tidaklah seorang penguasa diserahi urusan kaum muslim, kemudian ia mati, sedangkan ia menelantarkan urusan tersebut, kecuali Allah mengharamkan surga untuk dirinya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Jelas pemimpin yang adil, amanah dan mengayomi, serta dirindukan rakyat hanya lahir dari sistem Islam dalam naungan khilafah saja. Sebuah sistem pemerintahan yang khas dan unik, yang dibangun berlandaskan tauhid. Sebaliknya sistem kapitalisme hanya melahirkan penguasa yang abai, lalai, korup, tidak amanah bahkan zalim. Saatnya mengambil Islam sebagai solusi solutif problematika negeri ini. Kalau bukan Islam, apa lagi?

“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (TQS. Al-Maidah [5]: 50).

Wallahu’alam bishshawwab.

Jannatu Naflah
Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi Islam

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button