Rintangan dalam Bersedekah
Namun, Allah menawarkan sesuatu yang berbeda. Allah menjanjikan “maghfirah” (ampunan atas dosa) dan “fadl” (karunia atau rezeki yang melimpah) bagi orang-orang yang bersedekah. Ini menunjukkan bahwa infak tidak hanya mendatangkan pahala akhirat tetapi juga membawa keberkahan dunia.
Ibnu Katsir menutup tafsirnya dengan menekankan bahwa godaan setan adalah tipu daya yang lemah bagi orang-orang beriman.
Sedangkan Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuthi memberikan penjelasan yang ringkas tetapi padat.
Dijelaskan bahwa setan menggunakan ketakutan terhadap kemiskinan sebagai cara untuk menghalangi manusia berinfak. Ketakutan ini sering kali berujung pada kebakhilan, di mana seseorang enggan memberikan apa yang ia miliki kepada orang lain atau untuk kepentingan agama. Selain itu, setan juga mengajak manusia pada “fahsyā’,” yang dapat berupa perbuatan maksiat atau dosa yang menghalangi mereka dari ketaatan.
Allah SWT, sebaliknya, menjanjikan dua hal: ampunan dosa dan kelimpahan rezeki. Tafsir ini menggarisbawahi bahwa Allah selalu memberi lebih banyak dari apa yang manusia keluarkan di jalan-Nya, baik dalam bentuk materi maupun non-materi.
Al-Qurtubi menguraikan bahwa setan menggunakan strategi ketakutan sebagai cara untuk menanamkan keraguan dalam hati manusia. Ketakutan akan kefakiran ini dapat menyebabkan seseorang enggan memberikan sebagian hartanya di jalan Allah, meskipun harta tersebut sebenarnya adalah amanah dari Allah.
Ayat ini masih memiliki keterkaitan dengan ayat sebelumnya, yaitu mendorong orang Mukmin untuk berinfak di jalan Allah SWT, yaitu jalan kebaikan. Karena Allah SWT menjanjikan ampunan sebagai balasan dari berinfak dan menjanjikan akan memberi ganti dan karunia berupa harta dan rezeki.
Allah SWT memberi karunia karena Dia Maha Kaya, gudang-gudang karunia-Nya tidak akan pernah habis. Allah SWT mengetahui dimana meletakkan karunia tersebut dan untuk siapa. Allah SWT Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dan apa yang tampak.
Ayat ini memberikan peringatan tentang bisikan dan godaan setan, karena setan mengetahui tempat masuk untuk menghalang-halangi manusia dari bersedekah di jalan Allah SWT. Bersamaan dengan itu, setan juga menyuruh manusia untuk bersikap kikir; melakukan kemaksiatan dan menyuruh manusia untuk berinfak di jalan kemaksiatan.
Barangsiapa yang dikaruniai hikmah (ilmu ‘yang benar dan bermanfaat) dan pemahaman yang mendalam tentang AI-Qur’an, maka ia telah dikaruniai sesuatu yang paling baik berupa kitab yang mencakup seluruh ilmu para orang terdahulu berupa shuhuf dan yang lainnya.
Ayat ini juga mengandung anjuran untuk menuntut ilmu dan mengagungkan kedudukan hikmah.
Ayat ini juga mengandung perintah untuk memanfaatkan akal untuk merenungi dan memikirkan sesuatu paling mulia yang diciptakan untuknya.
Sebagian orang bijak berkata, “Barangsiapa yang dikaruniai ilmu dan Al-Qur’an maka ia harus mengetahui dan memahami siapa dirinya sebenarnya (maksudnya menyadari kedudukannya). Oleh karena itu, ia tidak boleh bersikap merendahkan diri di hadapan orang-orang yang memiliki harta karena menginginkan harta mereka. Karena sebenarnya ia telah dikaruniai sesuatu paling mulia dibanding apa yang diberikan kepada mereka. Allah SWT menyebut kekayaan dunia sebagai mataa’un qaliil (kesenangan yang sedikit atau sesaat).”
Ridha Alfahlevi, Mahasiswa IAT (Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir) Semester 5 Universitas PTIQ Jakarta.