Peringatan Harkitnas, Fadli: Tahun ini Kita Prihatin Mendalam
Jakarta (SI Online) – 20 Mei lazim diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Tidak seperti yang sudah-sudah, Harkitnas tahun ini disebut lebih pantas diperingati dengan keprihatinan mendalam ketimbang diperingati dengan perasaan heroik persatuan.
Wakil Ketua DPR Fadli Zon mengatakan, kecurangan masif yang terjadi pada Pemilu 2019, tak adanya respon memadai dari penyelenggara Pemilu dan otoritas negara atas kegelisahan masyarakat yang menuntut kejujuran dan keadilan; adanya pelarangan, teror serta intimidasi terhadap mereka yang hendak menggunakan hak menyatakan pendapat dan berekspresi di muka umum; serta kriminalisasi terhadap tokoh-tokoh yang berbeda pandangan dengan Pemerintah dengan tuduhan makar; telah membuat masyarakat kita kian terbelah.
“Pemerintah gagal menciptakan kepercayaan terhadap sistem pemilu,” ungkap Fadli Zon dalam pernyataan tertulisnya, Senin 20 Mei 2019.
Fadli menegaskan, banyak kalangan yang gagal paham membuat framing seolah masalah kecurangan Pemilu 2019 hanya masalah pendukung Prabowo-Sandi, bukan masalah demokrasi dan kebangsaan yang harus jadi concern bersama. Padahal, setiap warga negara, apapun preferensi politiknya, seharusnya sama-sama berkepentingan mengawal proses demokrasi ini agar berjalan jujur, adil dan akuntabel.
“Akibatnya, ketidakadilan yang diterima oleh sebagian warga negara kita, baik sebelum Pemilu, pada saat Pemilu, dan sesudah hari pencoblosan, semata-mata diperlakukan sebagai ungkapan ketidakpuasan saja,” kata dia.
Menurut Fadli, tidak ada perhatian dan respon proporsional. Jika rasa keadilan masyarakat tak segera diakomodasi dengan baik, kata dia, bisa berbahaya. “Kita sedang menabung bom waktu,” tambahnya.
Di sisi lain, ungkap Fadli, alih-alih bergerak menjadi bangsa mandiri dan berdaulat, perekonomian negara ini makin terpuruk dalam tumpukan utang dan defisit perdagangan. Ia mencontohkan, pada bulan neraca perdagangan kita tekor hingga US$2,5 miliar, sebuah rekor terburuk sepanjang sejarah.
“Dalam setahun terakhir utang kita bertambah hingga Rp347 triliun, atau kurang lebih bertambah Rp1 triliun tiap hari. Tak heran, kurs Rupiah beberapa waktu terakhir terus merosot, karena memang tak ditopang oleh fundamental ekonomi yang beres,” tandas Waketum Partai Gerindra itu.
“Jadi, saya merasa peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun ini memang pantas membuat kita prihatin. Selama tak ada keadilan, dan negara dibiarkan dikelola oleh orang-orang yang tak kompeten, sulit kita akan maju dan bangkit,” pungkas Fadli.
red: shodiq ramadhan