Wapres JK: Banyak Negara yang Ingin Contoh Kehidupan Keagamaan di Indonesia
Sumbawa (SI Online) – Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan Indonesia dengan penduduk Muslim terbesar dan keberagaman suku, agama, dan ras menjadi contoh kehidupan toleransi bagi negara lain di dunia.
“Kadang-kadang kita tidak menyadari banyak negara di dunia ini yang justru ingin mencontoh kehidupan keagamaan di Indonesia,” kata Wapres Jusuf Kalla (JK) saat mengunjungi Pesantren Modern Internasional Dea Malela di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Sabtu 3 Agustus 2019.
Wapres menekankan keberagaman yang ada di Indonesia menjadi nilai lebih untuk menyebarkan kehidupan toleransi kepada dunia, khususnya karena negara-negara Islam di Timur Tengah sudah runtuh akibat perang.
Indonesia pun, lanjut JK, tidak lagi mengirimkan mahasiswa untuk belajar agama Islam ke Afganistan, Suriah, Libya, Irak, dan Yaman karena negara-negara Islam tersebut tidak bisa dijadikan patokan Islam “wasathiyah”.
“Oleh karena itu, maka harapan dunia Islam, harapan kita semua bahwa Indonesia mempunyai peran besar. apalagi negara kita yang menganut wasathiyah yang moderat tentu menjadi upaya yang penting,” katanya.
Untuk mewujudkan Islam jalan tengah, menurut JK, di Indonesia perlu kehadiran sekolah berbasis Islam atau pondok pesantren yang mengajarkan konsep moderasi tersebut.
“Jadi Islam wasathiyah bukan hanya dipraktikkan di Indonesia, tapi juga diajarkan dengan cara mendidik generasi muda, mendidik siswa-siswa dari berbagai bangsa yang mempunyai pemahaman sama” ujarnya.
Wakil Presiden Jusuf Kalla meninjau Pesantren Modern Internasional Dea Melala sekaligus meresmikan peletakan batu pertama pembangunan fasilitas pesantren yang berada di Desa Pamangong, Kecamatan Lenangguar, Kabupaten Sumbawa, NTB, Sabtu.
Dalam kunjungannya, Wapres JK didampingi Pimpinan Pondok Pesantren Internasional Dea Malela, Din Syamsuddin, dan Gubernur NTB Zulkieflimansyah juga menyempatkan bersilaturahmi dengan pengurus Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan Dea Malela, tenaga guru, santri dan santriwati, serta wali santri.
Pesantren Modern Internasional Dea Malela berdiri sejak Februari 2016 dan diresmikan oleh Anies Baswedan yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono.
Pesantren Dea Malela membuka sekolah asrama untuk tingkat SMP dan SMA dengan menerapkan ilmu keislaman dan pengetahuan umum dengan bahasa pengantar Indonesia, Arab, dan Rusia.
Seluruh siswa SMP dan SMA di Pesantren Dea Malela berjumlah 320 orang, dan 50 di antaranya merupakan santri dan santriwati dari Timor Leste, Malaysia, Thailand, Kamboja, Filipina, dan Rusia.
sumber: ANTARA