OPINI

Kesalahan Mendasar Kapitalisme

Kondisi perekonomian global semakin memburuk. Pertumbuhan ekonomi yang terus melambat. perang dagang antara AS dan China yang tak kunjung reda, hingga ketidakpastian geopolitik yang memicu dampak lainnya. International Monetary Fund (IMF) resmi memangkas target pertumbuhan ekonomi dunia 2019 menjadi tiga persen dari sebelumnya 3,2 persen.

Pemangkasan ini menjadi yang keempat kalinya IMF merevisi target sepanjang tahun ini. IMF juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2020, dari 3,5 persen menjadi 3,4 persen. Ihwal revisi yang berkali-kali itu lantaran belum meredanya perang dagang antara AS dan Cina, sehingga berdampak terhadap geliat ekonomi global. (tirto.id, 21/10/2019)

Salah satu imbas dari melemahnya ekonomi global dan perang dagang adalah adanya gelombang phk massal yang terjadi dimana-mana. Perusahaan-perusahaan besar bahkan tak luput dari ketidakpastian ekonomi global. Bank Eropa terbesar HSBC dilaporkan akan merumahkan 10.000 pegawainya. Perusahaan produsen komputer HP juga menyatakan bakal memangkas 16 persen dari jumlah pegawainya. Ini merupakan bagian dari upaya restrukturisasi yang dilakukan HP guna menghemat biaya. Dikutip dari Reuters, Sabtu (5/10/2019), HP akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 7.000 hingga 9.000 pegawai melalui kombinasi antara pegawai keluar dan pensiun dini secara sukarela. (Kompas.com, 05/10/2019).

Kondisi yang semakin tidak menentu seperti ini diprediksi akan terus berlangsung, bahkan bisa jadi lebih memburuk. Para pengamat ekonomi menyatakan tahun 2020 diperkirakan akan terjadi krisis ekonomi. Krisis ekonomi ini bukan sekali terjadi, tetapi sudah menjadi siklus 10 tahunan dalam sistem ekonomi kapitalis. Inilah sekelumit masalah dalam sistem ekonomi kapitalisme. Tetapi kenapa masih saja dipertahankan?

Kapitalisme; Kesalahan dari Akar dan Konsekuensinya

Berbagai masalah yang terjadi dalam sistem ekonomi kapitalis tak bisa dilepaskan dari kegagalan dalam memahami akar masalah dalam ekonomi. Kegagalan dalam mendiagnosis masalah ekonomi tak bisa dipisahkan dari asas yang mendasari sistem ini. Kapitalisme tegak atas dasar pemisahan agama dengan kehidupan (sekulerisme). Ide ini menjadi aqidahnya (sebagai asas), sekaligus menjadi qiyadah fikriyah (kepemimpinan berpikir) dan qaidah fikriyah (kaidah berpikir).

Maka dengan kaidah berpikir seperti ini, mereka berpendapat bahwa manusia berhak membuat aturan sendiri dalam kehidupannya. Mereka mempertahankan kebebasan manusia yang terdiri dari kebebasan berakidah, kebebasan berpendapat, hak milik dan kebebasan pribadi. Dari kebebasan hak milik inilah lahir sistem ekonomi kapitalis.

Dalam sistem ekonomi kapitalisme, kepemilikan diatur atas dasar modal. Inilah yang menajdi dasar sistem ekonomi ini, dimana kebebasan kepemilikan memberi ruang seluas-luasnya bagi individu untuk memiliki apapun dan menguasai kekayaan apapun, dengan cara apapun. Sehingga yang menjadi tolok ukur perbuatan adalah manfaat. Tidak ada prinsip benar dan salah. Semua sah asal ada manfaatnya. Prinsip ala Machiavelli dengan menghalalkan segala macam cara untuk meraih tujuan menjadi ciri khas sistem ekonomi kapitalisme.

Dengan dasar yang seperti itu, maka tak mengherankan jika sistem kapitalisme menciptakan banyak masalah. Seperti ketimpangan ekonomi yang kian melebar, sulitnya lapangan pekerjaan dan phk massal, distribusi barang dan jasa yang tidak merata, penjarahan sumber daya alam oleh para korporat (dan asing/aseng), korupsi yang kian menggurita, hutang riba yang semakin menumpuk sampai pada masalah kerusakan lingkungan akibat dari keserakahan kapitalis.

Perang dagang antara AS dan China yang terjadi saat ini menunjukkan bagaimana para elit kapitalis dengan modal besar saling beradu, sementara masyarakat kecil dan lemah yang terkena imbasnya. Seperti hukum rimba dimana siapa yang terkuat dialah yang akan paling banyak menguasai sumber-sumber kekayaan yang ada. Sedangkan yang lemah akan termarginalkan dan tereksploitasi.

Semakin besar modal yang dimiliki, maka semakin besar pula aset yang dikuasai. Sehingga kemudian kekayaan akan menumpuk pada individu kaya dan atau korporasi besar. Akibatnya kesenjangan antara yang kaya dengan yang miskin semakin melebar.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

BACA JUGA
Close
Back to top button