PUPR Ungkap 44 Tanggul Jabodetabek Jebol, Gubernur Anies: Di Jakarta Hanya Retak
Jakarta (SI Online) – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengungkap 44 titik tanggul di Jabodetabek jebol.
Hal itu berdasar survei cepat (rapid assessment) yang dilakukan Kementerian PUPR untuk mengungkap penyebab bencana banjir besar yang terjadi di wilayah Jabodetabek awal tahun ini.
Di Jakarta, menurut Kementerian PUPR, ada beberapa tanggul di Jakarta yang jebol, salah satunya tanggul Nizam Zahman di Jakarta Utara yang merupakan proyek dari pemerintah pusat.
Menanggapi hasil survei itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan bahwa tanggul yang dikelola DKI Jakarta hanya retak.
“Bicara tanggul-tanggul tadi. Kan itu bukan jebol, tapi kan retak. Kemudian tanggul-tanggul yang bawahnya longsor, terkikis, erosi,” kata Anies di Balai Kota Jakarta, Kamis 9 Januari 2020.
Sejumlah tanggul memang terpantau terkikis oleh air banjir setelah hujan yang ekstrim sejak malam Tahun Baru 2019.
Kendati demikian, Anies menyebut belum bisa merinci jumlah tanggul DKI yang retak, saat ini pihaknya sedang menghitung jumlah tanggul DKI yang retak.
“Kami sekarang sedang menunggu laporan dari lurah, camat itu kami kumpulkan semua, semuanya sedang diinventarisir apa-apa saja yang perlu penguatan. Di Jakarta ini yang rusak tanggul dan lain-lain ada, tapi yang mengkhawatirkan adalah yang mulai retak-retak,” ujar Anies.
Kendati perhitungannya belum rampung, dari temuan di lapangan, Anies menyebut sudah ada laporan keretakan di berbagai kawasan.
“Kami sudah menemukan di banyak tempat potensi retak-retak yang bila ada tekanan besar, punya risiko. Saya sampaikan ini bukan untuk membuat khawatir,” tutur dia.
Lebih lanjut, Anies menyebut pihaknya akan melakukan pengamanan tanggul yang merupakan aset DKI dan keretakan itupun akan segera diperbaiki.
“Ini untuk menyampaikan bahwa kami mengumpulkan itu semua untuk mengamankan sehingga sesegera mungkin kita lakukan penguatan. Jadi harapannya bisa mencegah kejadian, daripada sudah jebol, baru diperbaiki,” tutur Anies.
Soal kerawanan, Anies menyebut semua daerah rawan, karenanya harus ada mitigasi, dengab dampak yang berbeda-beda.
“Jadi ada yang tempatnya tinggi, sampingnya permukiman yang lebih rendah, itu risikonya lebih tinggi. Tapi ada di beberapa tempat,” ucapnya.
red: farah abdillah