Ketum Muhammadiyah: Jangan Pertentangkan Agama dengan Pancasila
Yogyakarta (SI Online) – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, meminta agar tidak ada upaya mempertentangkan antara agama dengan Pancasila. Apalagi hal itu dilakukan oleh pejabat baru.
“Kepada para pejabat, apalagi kalau pejabat baru, harus mau belajar, bahwa menjadi pejabat itu mengurus urusan publik yang luas. Dalam perkataan dan membuatpernyataan, agar tidak keliru,” ungkap Haedar usai di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta, Rabu (12/2/2020) lalu.
Menurut Haedar, hubungan antara agama dan Pancasila terjalin secara positif. Semua sila yang ada dalam Pancasila telah melambangkan upaya pembumian nilai-nilai agama dalam kehidupan bernegara secara koheren dan simultan. Sehingga mempertentangkan keduanya hanya akan membuahkan kegaduhan yang kontra produktif.
“Agama itu positif untuk Pancasila, bahkan dalam Pancasila ada sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Bahkan dalam konstitusi dasar kita pasal 29, eksistensi agama diakui. Bahkan Bung Karno mengatakan negara Indonesia itu bertuhan dan harus bertuhan. Itu kata Bung Karno,” ungkap Haedar.
Menurut Haedar, jika ditemukan ada salah pandang dari agama yang negatif terhadap Pancasila, hal yang sama bisa terjadi salah paham terhadap Pancasila dan negatif terhadap agama. Padahal Haedar menjelaskan bahwa kalau diperhatikan secara saksama, dari lima silanya tidak ada satu pun yang bertentangan dengan agama.
“Salah paham terhadap agama atau pandangan yang salah tentang agama, bisa menimbulkan salah paham terhadap Pancasila, begitu juga sebaliknya. Agar tidak terjadi kesalahpahaman yang lebih meluas, perlu untuk memperdalam horizon keilmuan kita tentang agama dan Pancasila,” jelas Guru Besar Ilmu Sosiologi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu.
Nilai-nilai Pancasila secara organik telah tumbuh hidup dalam laku dan alam pikiran serta kesadaran bangsa Indonesia. Kelahiran Pancasila merupakan serapan dari seluruh kearifan yang terbentang sepanjang garis khatulistiwa sehingga kehadirannya diterima semua kalangan.
“Kalau agama yang hidup di negeri ini kemudian dipertentangkan dengan Pancasila, maka yang muncul adalah konflik. Apakah kita ingin menciptakan konflik? Maka dari itu kita harus arif. Jadi, jangan mempertentangkan keduanya,” pungkasnya.
red: shodiq ramadhan
sumber: muhammadiyah.or.id