Belajar dari Doa dan Keteguhan Nabi Zakaria
Jemaah yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga kita selalu mendapatkan limpahan kasih sayang dari Allah Ta’ala. Semoga ilmu yang kita kaji kali ini juga mendapatkan kerberkahan dari Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman pada surat Ali Imran ayat 38:
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُۥ ۖ قَالَ رَبِّ هَبْ لِى مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ
Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.”
Bila ada seorang kakek yang berumur lebih dari 90 tahun, istrinya juga sudah renta dan mandul, kemudian berharap dikaruniai seorang anak; tentu kita akan bereaksi bahwa harapan itu sungguh sulit terwujud. Juga, bukan hal yang normal untuk diharapkan.
Namun demikian, khotbah kali ini justru untuk mengingatkan kita untuk menguatkan dan menggantungkan harapan kita kepada Allah. Kemudian merealisasikannya dalam doa-doa. Meski tetap membutuhkan ikhtiar, tetapi disinilah kita akan belajar dan memahami pentingnya dan butuhnya kita untuk berdoa.
Dari empat pilihan berikut ini, termasuk yang manakah kita?
a. Menggantungkan harapan kepada Allah, tetapi jarang berdoa.
b. Sering berdoa, tetapi kurang berharap kepada Allah.
c. Berdoa dan menggantungkan harapan kepada Allah. Dan, selalu menyampaikan harapannya dengan pesan yang jelas dan kuat.
d. Kurang berharap dan kurang berdoa kepada Allah dan lebih mengandalkan ikhtiar.
Ada penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan Dr. Masaru Emoto selama dua puluh tahun di Jepang yang meneliti tentang molekul air. Penelitian yang dipublikasi tahun 2017 tersebut menyimpulkan bahwa air membawa pengaruh yang sangat besar bagi fisik dan psikis kita. Sementara tubuh kita 2/3-nya adalah air.
Dalam penelitian tersebut, Dr. Emoto menemukan bahwa tidak ada kristal air yang terbentuk sangat indah dan sangat rumit desainnya, melebihi kristal air yang terpapar oleh kata cinta dan syukur. Ini membuktikan bahwa kata-kata positif seperti harap, doa, cinta, dan kesyukuran akan membuat tubuh kita akan lebih banyak memuat air yang sehat dan bermanfaat untuk mencapai apa yang kita inginkan dan membawa kebahagiaan.
Hal ini pula yang kini kita pelajari dari doa-doa Nabi Zakaria yang tidak pernah putus kepada Rabbnya. Harapan Nabi Zakaria bila dihitung dengan satuan matematis manusia, maka akan termasuk hal yang mustahil. Namun, Zakaria tidak pernah lelah berdoa dan tidak pernah putus asa dalam melantunkan doanya kepada Allah Ta’ala. Doa yang yang dilantunkannya pun sangat jelas dan detail. Yaitu, doa ingin dikaruniai seorang anak. Keturunan yang thayyibah, yang saleh atau salehah dengan kualitas fisik dan potensi yang baik.
Sebenarnya apa yang membuat Nabi Zakaria sebegitu bertekad untuk memohon seorang anak dari sisi Allah? Awalnya, beliau juga sudah tidak terlalu berharap akan adanya anak. Namun, karena seringkali mendapati keajaiban dalam mihrab Maryam yang ada dalam penjagaannya, maka harapannya akan keajaiban dan kemurahan Allah Ta’ala pun menguat. Keajaiban-keajaiban itu sangat membekas dalam hati Zakaria.