Cerita MER-C Bangun Masjid di Lombok: Sulitnya Mencari Sumber Air
Lombok (SI Online) – Ir. Nur Ikhwan Abadi dan tim tidak dapat menyembunyikan rasa haru dan bahagia melihat air bersih mengalir mengisi ground tank yang berada di halaman sekolah dimana masjid yang sedang dibangun oleh Divisi Konstruksi MER-C tengah dibangun.
“Kami sangat terharu, sampai meneteskan air mata saking senangnya ada air. Pihak sekolah juga bersyukur, setelah sekian lama permasalahan air akhirnya bisa teratasi. Baru kali ini air bening, air bersih bisa masuk ke dalam sekolah,” ucap Nur Ikhwan, Site Manager Pembangunan Masjid di Lombok dalam keterangannya, Rabu (5/10/2022).
Air memang menjadi satu kendala di lokasi pembangunan masjid -bantuan dari masyarakat Indonesia melalui MER-C-, yang terletak di SMP 3 Kayangan, desa Gumantar, kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara (KLU), NTB. Sejak dulu, baik sekolah SMP 3 Kayangan beserta masyarakat warga desa, kendala kesehariannya adalah air yang sangat sulit. Kebanyakan warga desa mengandalkan beberapa sumber air yang berasal dari saluran irigasi, namun airnya sangat terbatas, tidak layak konsumsi dan jadwalnya tidak teratur.
“Sumber air pertama berjarak 2,5 km dari lokasi masjid. Air ini yang sebelumnya dimanfaatkan tim dan warga sekitar untuk keperluan pekerjaan pembangunan dan keperluan sehari-hari. Karena air irigasi, selain untuk tanaman, persawahan dsb, juga dimanfaatkan warga untuk minum ternak, mencuci, dsb,” ujar Nur Ikhwan.
“Di awal kami agak kesulitan beradaptasi dengan air ini, hampir semua mengalami gatal-gatal di kulit karena memang sumbernya dari irigasi. Kendala lainnya adalah jadwal pengalirannya yang kurang diperhatikan, kadang rebutan hingga ada kejadian pengrusakan pipa-pipa sehingga hampir beberapa waktu air tidak bisa masuk ke desa ini,” tambahnya.
Sumber air ke-2 menurut Nur Ikhwan, berasal dari arah barat. Namun, lagi-lagi kendalanya adalah pengaturan atau jadwalnya pengalirannya yang kurang diperhatikan oleh pengurus.
Kemudian timbul ide dari Tim untuk melakukan pengeboran guna mencari sumber air bersih bagi keperluan masjid, sekolah dan warga sekitar. Dari informasi yang didapat, ada 2 perusahaan yang biasa melakukan pengeboran di daerah Gumantar, asalnya dari Mataram.
“Baik perusahaan bor pertama maupun kedua mengatakan bahwa daerah Gumantar adalah daerah yang sulit untuk mencari air. Kedalaman bor harus minimal 100 m ke bawah, baru kemungkinan ada air, itupun terkadang tidak ada.,” papar relawan yang pernah bertugas di Jalur Gaza – Palestina tersebut.
“Harga yang ditawarkan pun cukup fantastis, mencapai hampir 200 juta rupiah Mereka akan mengebor hingga kedalaman 110 m, namun tidak menjamin sepenuhnya akan ada air, kalaupun ada air, debitnya sangat sedikit. Sehingga kalau dipaksakan, jika tidak ada, maka akan sia-sia,” jelasnya.
Tidak putus asa, relawan asal Lampung ini bersama Tim terus mencari alternatif sumber air lainnya. Ada sumber air dari PAM, namun pihak sekolah agak keberatan karena biaya operasional sekolah yang minim, sehingga pihak sekolah khawatir akan sulit nanti ke depannya untuk membayar biaya air PAM. Alterhatif ini pun tidak dipilih.
Akhirnya Tim mendapat informasi bahwa ada satu pipa lagi yang diurus secara lebih baik, yaitu sambungan pipa dari gunung. Jadi airnya benar-benar dari sumber mata air di gunung. Awalnya, Tim ingin memasang dan mempunyai pipa air sendiri dari gunung. Tapi setelah dihitung-hitung jaraknya lumayan jauh, yaitu 4 – 5 km dari gunung, bisa habis ratusan juta juga. Akhirnya setelah meminta arahan dan berdiskusi dengan MER-C Pusat Jakarta, diputuskan untuk menyambung dari pipa terdekat milik warga yang sudah ada. Jaraknya kurang lebih 200 m dari ground tank sekolah/masjid.