Adara Relief dan KTTI SKSG UI Gelar ‘Reveal the Truth of Palestine’
Selanjutnya, diskusi publik dibuka oleh sekertaris Asia Pasific Women Coalition for Al-Quds and Palestine sekaligus Direktur Fundrising dan Program Adara Relief, Hasanah Ubaidillah, Lc., M.Phill. Ia menyampaikan bahwa Nakbah tidak hanya terjadi pada tahun 1948, tetapi masih berlangsung hingga saat ini.
“Zionis masih melakukan pembersihan etnis bangsa Palestina melalui tiga agenda besar, yaitu peperangan, rekayasa tata kota, dan penghilangan identitas. Dalam hal ini tentu saja anak dan perempuan menjadi korban yang paling terdampak dari usaha-usaha perilaku apartheid yang dilakukan Israel,” ucapnya.
Diskusi kemudian dilanjutkan oleh Ketua KTTI, SKSG UI, Yon Machmudi, Ph D. Ia berpesan bahwa bangsa Indonesia perlu menjadikan Palestina isu internasional, agar tidak responsif saat ada kejadian besar saja.
“Kemerdekaan Palestina menjadi solusi perbaikan ekonomi secara permanen, karena itu membangun Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi sangat penting,” imbuhnya.
Dosen Hukum Internasional Universitas Indonesia, Heru Susetyo, Ph.D. memaparkan bahwa Nakbah masih berlangsung hingga saat ini dan masih terus diperingati.
“Lambang Nakbah adalah kunci, yaitu kunci rumah mereka yang tidak bisa mereka tempati lagi. Dan kunci itu terus mereka pegang sebagai harapan, bahkan dari generasi ke generasi,” tuturnya.
Ia juga berpesan bahwa bangsa Indonesia harus memperkuat dukungannya untuk mengembalikan Hak untuk Kembali (Right to Return) bagi pengungsi Palestina yang dijamin oleh hukum internasional.
Sebagai penutup, Hadi Nur Ramadhan dari Pusat Dokumentasi (Pusdok) Tamadun mengulas bagaimana peran para pendiri bangsa, baik dari kalangan nasionalis hingga agamis, turut serta dalam mendukung kemerdekaan bangsa Palestina.
“Aksi solidaritas untuk Palestina sudah ada setidaknya sejak tahun 1930. Prof. Abdul Kahar Muzakkir saat itu mengatakan bahwa memperjuangkan bangsa Palestina adalah mempercepat kemerdekaan Indonesia. Dan pesan ini bahkan dimuat dalam pers Palestina Sawt al-Sah’b,” ujarnya.
Bersamaan dengan diskusi dan review film, Adara juga menyelenggarakan pameran yang berisi gambaran Tragedi Nakbah dan sejarah dukungan para pemimpin bangsa Indonesia terhadap Palestina. Sebagian dari buku-buku yang dipamerkan merupakan koleksi dari Pusdok Tamaddun.
Acara ini turut dihadiri oleh Koalisi Perempuan Peduli Al Aqsa (KPIPA), 21 komunitas Adara, ormas perempuan; PP Salimah, PB Wanita Al Irsyad, Wanita Islam, PUI, Mathlaul Anwar, Asia Pacific Community for Palestine (ASPAC) serta NGO pemerhati Palestina di Indonesia. []