IBADAH

Bagaimana Setelah Ramadhan?

Ada kata-kata menarik yang menyadarkan kita akan hal ini, “Kun rabbaniyyan, wa la takun ramadhaniyyan” Jangan menjadi manusia Ramadhan, yang kuat ibadahnya karena berada di bulan Ramadhan saja, karena setelah bulan itu berlalu, ia tak akan mengalami perubahan hidup untuk menjadi lebih bertaqwa.

Namun jadilah manusia pasca Ramadhan yang memiliki nilai kepribadian diri, penghambaan kepada Allah Ta’ala yang tak kenal henti, menjadi manusia bertaqwa tanpa batas, sesuai target yang diharapkan dari penggemblengan yang dilakukan selama sebulan. Dengan syaratnya, ia harus menjadi hamba Allah Ta’ala yang bobot ibadahnya terus meningkat, sekali pun ia telah berada di luar bulan Ramadhan.

Ramadan memang sudah pergi, karena datang dan pergi sudah merupakan bagian dari sunnatullah dalam kehidupan ini. Memang dalam sebelas bulan ke depan, tak ada puasa wajib seperti di bulan Ramadhan lagi, tapi sekarang kita masih memiliki amalan puasa yang lain, puasa sunnah 6 hari Syawal misalnya, yang keutamaannya telah dijelaskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan (secara penuh) kemudian mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal maka itu senilai dengan puasa selama setahun.” (HR. Muslim, no. 1984)

Masih ada puasa lainnya, seperti puasa sunnah Senin dan Kamis, puasa ayyamul bidh, puasa ‘Arafah, ‘Asyura, puasa Daud, dsb.

Qiyamul lail juga masih tetap bisa kita lakukan. Sholat sunnah ini menempati posisi kedua setelah sholat fardhu, Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ صَلاَةِ الْمَفْرُوْضَةِ، صَلاَةُ اللَّيْلِ.

“Sholat yang paling utama setelah sholat wajib adalah shalat yang dilakukan di malam hari.” (HR.Muslim)

Beliau juga menyebutnya sebagai da’bu sholihin, atau tradisi dari orang-orang sholih.

Allah Ta’ala, berfirman:

وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسٰىٓ أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا

“Dan pada sebagian malam, lakukanlah sholat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al-Isra’ 17: Ayat 79)

وَمِنَ الَّيْلِ فَاسْجُدْ لَهُۥ وَسَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيلًا

“Dan pada sebagian dari malam, maka bersujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari.” (QS. Al-Insan 76: Ayat 26)

Dan masih banyak ayat ayat yang menunjukan tentang keutamaan dan perintah untuk melakukan sholat malam.

Tilawah Alquran yang tak pernah tinggal sewaktu Ramadhan, hingga mampu mengkhatamkan minimal 1 kali bahkan bisa sampai 8 kali, sudah menjadi rutinitas seiring hembusan nafas…maka setelah Ramadhan bagaimana?akankah prestasi tilawah Quran tetap dipertahankan hingga kelak jumpa dengan Ramadhan berikutnya?

Infaq dan Sedekah yang begitu ringan dan rutin kita keluarkan, hingga tangan kiri tidak mengetahuinya, akankah berlanjut dan menjadi kebiasaan setelah Ramadhan?

Amal ibadah yang menjadi rutinitas kita selama sebulan Ramadan diharapkan memang sudah menjadi sebuah kebiasaan. Sehingga ketika Ramadhan telah berakhir, kita tak mengalami kesulitan untuk memulainya kembali. Mumpung masih hangat aura Ramadhan kita, mari bersama-sama kita hidupkan kembali rutinitas baik kita itu. Menjadikan amalan-amalannya sebagai sebuah kebiasaan, sekali pun sedikit, yang penting kita memiliki amalan andalan dan rutin menjalankannya. Karena barang siapa yang memiliki amalan rutin yang baik, selamanya ia tak akan mengalami kerugian, sekalipun ia terkena uzur, pahala tetap mengalir untuknya.

Wallahu a’lam

Abu Miqdam
Komunitas Akhlaq Mulia

Artikel Terkait

Back to top button