INTERNASIONAL

Bekas Jenderal Afghanistan: Kami Dikhianati Trump, Biden dan Ghani

Kabul (SI Online) – Bekas petinggi militer Afghanistan menyalahkan mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Presiden Joe Biden, dan mantan presiden Afghanistan Ashraf Ghani atas keberhasilan pejuang Taliban kembali berkuasa di negera itu.

Menurutnya jenderal bintang tiga itu, ketiga orang tersebut telah mengkhianati Afghanistan dan menghancurkan negara itu.

“Kami dikhianati oleh politik dan presiden,” kata Sami Sadat, seorang jenderal yang pernah memimpin pasukan khusus Afghanistan dalam sebuah opini di The New York Times.

“Ini bukan hanya perang Afghanistan; ini adalah perang internasional, dengan banyak militer yang terlibat. Mustahil bagi satu tentara saja, milik kita, untuk mengambil pekerjaan itu dan berperang. Ini adalah kekalahan militer, tetapi itu berasal dari kegagalan politik,” sambungnya seperti dikutip dari Independent, Kamis (26/8/2021).

Menurut sang jenderal, jatuhnya Afghanistan dimulai jauh sebelum Taliban menyerbu Kabul dalam beberapa pekan terakhir.

Pertama, tulisnya, ada perjanjian damai pemerintahan Trump pada Februari 2020 dengan Taliban, yang “menghancurkan” negara itu karena menetapkan persyaratan untuk penarikan pasukan Amerika tanpa pembagian kekuasaan yang konkret antara Taliban dan pemerintah Afghanistan.

Menurut Sadat, memberi “tanggal kedaluwarsa” pada kehadiran AS di negara itu memungkinkan Taliban menunggu dan merebut kembali negara itu begitu mereka pergi.

Selanjutnya, sang jenderal berpendapat, pemerintahan Biden terus melanjutkan rencana umum pemerintahan Trump, menarik kembali jumlah pasukan serta ribuan kontraktor militer yang penting untuk mempertahankan pasokan bagi pasukan dan teknologi seperti helikopter serta drone yang memberi keuntungan bagi tentara Afghanistan atas Taliban.

“Saya sedih melihat Biden dan pejabat Barat menyalahkan Angkatan Darat Afghanistan karena keruntuhan pemerintahan tanpa menyebutkan alasan mendasar yang terjadi,” tambah jenderal itu dalam artikelnya.

“Perpecahan politik di Kabul dan Washington mencekik tentara dan membatasi kemampuan kami untuk melakukan pekerjaan kami,” jelasnya.

Presiden Joe Biden telah membenarkan keputusannya untuk menarik pasukan Amerika dengan alasan AS tidak dapat berjuang untuk mencapai Afghanistan yang stabil.

“Pasukan Amerika tidak bisa dan tidak seharusnya berperang dalam perang dan mati dalam perang yang pasukan Afghanistan sendiri tidak mau berjuang untuk diri mereka sendiri,” katanya dalam pidatonya pekan lalu.

Tentara Afghanistan telah sangat menderita selama perang di Afghanistan, dengan sekitar seperlima dari total kekuatan tempurnya, 66.000 orang, tewas selama 20 tahun terakhir. Itu akan setara dengan 260.000 tentara Amerika yang sekarat, mengingat ukuran relatif dari dua kekuatan militer.

Terakhir, mantan komandan tertinggi Afghanistan itu menyalahkan mantan presiden Afghanistan Ashraf Ghani dan pemerintahnya atas budaya korupsi.

“Itu benar-benar tragedi nasional kita,” katanya.

red: farah abdillah

Artikel Terkait

Back to top button