SUARA PEMBACA

Blunder Polisi Siber

Pertanyaan lanjutan yang patut ada, apakah dengan diaktifkannya polisi siber akan menjadi solusi atas persoalan negeri? Di sisi lain, negeri ini sedang diiputi banyak problematika. Selain pandemi yang tak kunjung terselesaikankan, ancaman resesi juga tak bisa dihindarkan.

Di sisi lain, meski kekayaan alam negeri ini begitu berlimpah, ternyata tak berdampak apa-apa terhadap kesejahteraan masyarakat. Ketimpangan yang luar biasa pun terjadi antara yang miskin dan kaya. Stunting bahkan menjadi ancaman generasi yang seolah tak pernah bisa dicegah. Padahal, keberlangsungan negeri ini kelak di pundak anak-anak negeri yang saat ini sedang bertumbuh.

Fakta ini menunjukkan bahwa, kapitalisme memang telah menjadi otak dan ruh kehidupan negeri ini. Maka, semua putusan yang terjadi pun mengikuti apa yang dituntun oleh otaknya. Sedang pemimpin, hanya sebagai badan yang menjalankan segala keinginan dari sang otak.

Maka sampai kapanpun, badan ini akan diliputi dengan segala kesalahan jika otak yang menjalankan kehidupan tadi tidak dituntun terhadap aturan Ilahi. Sayangnya, siapa saja yang memberikan saran agar mengambil aturan dari Sang Pencipta justru diaggap makar. Padahal hal tersebut hanya menyampaikan apa yang ia paham. Sebagai bentuk dakwah yang menjadi perintah di dalam agamanya. Juga, sebagai upaya untuk mencegah datangnya azab dari Sang Pencipta manusia.

Yang paling mengkhawatirkan, jika dakwah dianggap sebagai makar bahkan menentang penguasa. Lalu, apakah dengan pengaktifan polisi siber, mereka yang menyampaikan amar ma’ruf nahi mungkar akan kembali menjadi sasaran utamanya?

Maka wajar jika masyarakat berharap, rencana pengaktifan polisi siber ini akan dikaji ulang. Sejauh mana akan membawa kemaslahatan bagi seluruh warga negara. Jangan sampai, keberadaannya justru akan memberangus kelompok yang kritis, yang mungkin selama ini berseberangan pendapat dengan pihak yang berkuasa.

Jika yang terjadi justru demikian, warga akan semakin takut menyampaikan pendapat. Akibatnya, penguasa akan semakin jauh dari nasihat. Sangat dikhawatirkan kerusakan yang terjadi akan semakin dahsyat. Padahal, bukankah kritik menjadi salah satu cara agar kapal negeri ini tidak karam? Allahu a’lam bisshawaab.

Habiba Mufida
(Pemerhati Kebijakan Publik)

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button