OASE

Dua Potensi Manusia

قَدۡ اَفۡلَحَ مَنۡ تَزَكّٰ

“Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman).”

Kemudian surat Thaha ayat 75-76:

وَمَنْ يَّأْتِهٖ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصّٰلِحٰتِ فَاُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ الدَّرَجٰتُ الْعُلٰى ۙ جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَا ۗوَذٰلِكَ جَزَاۤءُ مَنْ تَزَكّٰى ࣖ

“Dan barang siapa datang kepada-Nya dalam keadaan beriman, dan telah mengerjakan kebajikan, maka mereka itulah orang yang memperoleh derajat yang tinggi (mulia). (Yaitu) surga-surga ‘Adn, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah balasan bagi orang yang menyucikan diri.”

Adapun langkah-langkah yang diperlukan dalam proses penyucian jiwa yang pertama dan utama adalah ikhlas. Keikhlasan di dalam hati kita. Ikhlas di sini bukan berarti rela. Ikhlas adalah memurnikan penghambaan kepada Allah. Tidak bercampur antara tauhid dengan kemusyrikan.

Kedua adalah keseimbangan. Keseimbangan kita dalam menjalani hidup. Keseimbangan seperti yang kita minta pada doa sapu jagat, “Rabbanaa, aatinaa fid dunyaa hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaaban naar.”

Keseimbangan di sini juga bukan berarti 50-50. Namun, seimbang antara kehidupan dunia yang baik (fid dunyaa hasanah) dan di akhirat nanti selamat hingga mencapai surga (wa fil aakhirat ihasanah) serta terlindungi dari siksa apa neraka.

Ketiga, berkesinambungan dan konsisten dalam beramal saleh. []

KH Bachtiar Nasir, Pimpinan AQL Islamic Center.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button