INTERNASIONAL

FIFA Tak Hukum Israel atas Serangan Saat Final Liga Palestina, Qatar: ‘Israel Istimewa’

Doha (SI Online) – Qatar menyindir “kesitimewaan Israel ” yang tidak diliput media mainstream dan tidak dihukum FIFA setelah pasukan Zionis menyerang pertandingan Final Piala Liga Palestina di Kota Al-Ram.

Ironisnya, serangan itu terjadi sehari setelah FIFA (Federation Internationale de Football Association) mencabut hak Indonesia untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 setelah sebagaian masyarakatnya menentang paritisipasi Israel.

Asisten Menteri Luar Negeri Qatar Lolwah Al Khater menyebut “keistimewaan Israel” karena kurangnya liputan media mainstream tentang serangan pada Kamis malam pekan lalu.

Baca juga: Brutal, Pasukan Penjajah Israel Serang Final Liga Palestina

“Pasukan pendudukan Israel menyerang final sepak bola Palestina. Seandainya ini dilakukan oleh negara lain mana pun, itu akan menjadi tajuk utama, tetapi itu adalah Keistimewaan Israel di mana ia bertindak dan diperlakukan sebagai negara di atas Hukum Internasional,” tulis Al Khater di Twitter.

Tweet diplomat Qatar juga menyematkan video serangan pasukan Zionis, yang menunjukkan pasukan tersebut menembakkan gas air mata ke Stadion Faisal Al-Husseini di Kota Al-Ram, dekat Yerusalem, selama Final Piala Liga Palestina.

Serangan itu terjadi saat jeda minum dalam pertandingan antara tim sepak bola papan atas Palestina, Jabal Al-Mukaber dan Balata YC.

Serangan itu menunda pertandingan, yang diakhiri dengan kemenangan 1-0 untuk Jabal Al-Mukaber. Tidak ada korban yang dikonfirmasi, meskipun puluhan warga Palestina lemas akibat menghirup gas air mata.

Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA) mengatakan dalam sebuah pernyataan; “Itu seharusnya menjadi perayaan. Itu dimaksudkan sebagai tanda seru pada musim yang telah dipadatkan untuk memberi waktu yang cukup bagi tim nasional untuk mempersiapkan diri menghadapi putaran final Piala Asia AFC 2023.”

“Ini adalah serangan yang sama sekali tidak beralasan, dan pasukan Israel tidak ditugaskan untuk menjaga ketertiban di dalam, atau di sekitar stadion. Secara kebetulan, hanya tiga orang yang terluka—seandainya stadion hampir penuh, ini bisa mengakibatkan kematian puluhan suporter,” imbuh pernyataan PFA.

“Para pemain, penggemar, dan administrator sama-sama ingin tahu apa yang akan dilakukan FIFA dalam menanggapi tidak hanya serangan ini, tetapi sehubungan dengan pembunuhan penyerang top Thaqafi Tulkarem Ahmad Draghmeh pada bulan Desember,” imbuh PFA, seperti dikutip Wafa, Senin (3/4/2023).[]

Artikel Terkait

Back to top button