KHOTBAHNASIONAL

Ini Isi Khotbah Idulfitri 1443 H Kiai Cholil Nafis di JIS

Selayaknya kita semua bersyukur kepada Allah SWT atas ma’unah-Nya sehingga dapat menjalankan ibadah puasa dengan sempurna dan berlebaran dengan meriah. Walhamdulillah pagi ini, kita dapat merayakan dan shalat Idilfitri di Jakarta International Stadium (JIS) yang megah nan indah yang menjadi kebanggaan masyarakat Jakarta dan Indonesia. Kita bisa ramai-ramai ibadah berjamaah yang sekaligus mengumandang syiar Islam di hari yang fitri.

Tak perlu memperdebatkan manakah yang lebih utama, apakah shalat Idilfitri di masjid atau di lapangan? Tentu ulama berbeda pendapat dengan alasannya masing-masing. Imam Syafi’i misalnya, menyebutkan bahwa Shalat Idilfitri di Masjid lebih utama jika masjidnya luas dan menampung banyak orang.

Namun, Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani menarik kesimpulan dari pernyataan tersebut bahwa illat (alasan hukum) apakah shalat di lapangan atau di masjid yang lebih utama adalah pada sejauhmana ia sanggup menjadi tempat masyarakat berkumpul. (Fathul Bâri, jilid 5, h. 283)

Faktanya, kita berlebaran dan shalat Idilfitri ada yang melaksanakan di Masjid dan ada pula yang di lapangan. Artinya, kedua pendapat itu sama-sama kita laksanakan sehingga hal itu di Indonesia tidak menjadi perdebatan. Bahkan dengan sebagian kita melaksanaan Ibadah shalat Idulfitri di lapangan dapat meluaskan syiar Islam sekaligus memfasilitasi para perempuan yang berhalang masuk ke masjid sehingga bisa keluar rumah bersama-sama untuk memeriahkan lebaran, siraman rohani, dan menggaungkan syiar Islam.

Baca juga: Gubernur Anies: Shalat Idulfitri di JIS Momentum Bersejarah

Sebagaimana hadits Rasulullah Saw dari Ummu ‘Athiyyah, ia berkata:

عن أم عَطيَّة نُسَيْبة الأنصارية -رضي الله عنها- قالت: «أَمَرَنا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أن نُخْرِج في العيدين الْعَوَاتِقَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ، وأَمَر الحُيَّض أن يَعْتَزِلْنَ مُصلّى المسلمين».

Rasulullah Saw memerintah kami membawa keluar gadis-gadis remaja dan wanita-wanita yang dipingit di dua hari raya, dan beliau memerintah wanita-wanita yang sedang haid menjauhi tempat salat kaum Muslimin.” [HR. al-Bukhari].

Syiar Islam menjadi penting sebab itu bertalian dengan takwa. Ahli tafsir Zamahsyari dan Ibn Asyur, memahami takwa sebagai mabda’ atau pangkal tolak kegiatan syiar. Bagi Al-Alusi, takwa selain sebagai mabda’ juga sebagai talil, yakni alasan perlunya syiar. Ini berarti, syiar Islam tak boleh dilihat dari sisi simboliknya semata, tetapi pada makna profetiknya yang inspiratif dan transformatif. Dalam arti, lahir dari semangat takwa untuk menggerakkan manusia mencapai derajat takwa.

Allahu Akbar 3X Walillahi al Hamdu
Kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button