OPINI

Jaga Natuna, Jaga Kedaulatan Negara

Baru-baru ini beredar video yang menunjukkan kehadiran kapal-kapal ikan China yang dikawal kapal coast guard negara tersebut, di wilayah Natuna, mengusir kapal milik nelayan Indonesia. Gambar dalam video itu terkesan seolah perairan Natuna masuk wilayah China. Maka Natunapun kembali memanas.

Ternyata bukan hanya China, sekitar 1.000 kapal asing diduga melewati Natuna per hari. Data ini diperoleh melalui pemantauan Sistem Monitoring Skylight, yaitu pemantauan dengan teknologi penginderaan jarak jauh, SAR, dan optikal. Sistem tersebut mampu mengidentifikasi kapal-kapal secara langsung dan platform yang memperkirakan tindakan pelanggaran hukum sekaligus.

Natuna memang surga bagi nelayan. Banyak ikan di sana. Maka tak heran kapal asing sering menyusup ke sana. Khusus untuk Laut Natuna, potensi sumber daya ikan tersimpan di dalamnya adalah sebesar 504.212,85 ton per tahun atau sekitar 50 persen dari potensi wilayah pengelolaan perikanan Indonesia (WPP-RI) WPP 711 (Hasil studi KKP tahun 2011).

Akan tetapi kemudian Republik Rakyat China menyatakan kawasan yang dilewati nelayan serta coast guard negaranya adalah wilayahnya sendiri. Batas wilayahnya adalah 9 Garis Putus-putus (9 Dash Line) yang dibikin sejak 1947. (Detiknews, 3/1/2020). Masalahnya, 9 Garis Putus-putus yang diklaim China sebagai batas teritorinya itu menabrak teritori negara lain, termasuk menabrak Perairan Natuna milik Indonesia.

Sayangnya penguasa negeri ini bergerak lamban. Hal ini diduga karena China sebagai salah satu mitra strategis Indonesia di Kawasan. Maka serta merta jagat twitter ramai dengan tanda pagar #NatunaMemanggilMenhan. Hal ini sebagai respon dari pernyataan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang menanggapi santai persoalan klaim China di perairan Natuna.

“Kita cool saja. Kita santai kok, ya,” ujar dia di Kantor Kementerian Maritim dan Investasi, Jakarta, Jumat, 3 Januari 2019.(Tempo.co, 3/1/2020). Ini memang bukan pertama kalinya. Tahun 2016, Negeri Tirai Bambu ini pernah melakukan hal serupa. Namun pencurian tetap harus dihukumi. Sebab jika tidak, kedaulatan negara menjadi dipertanyakan.

Apalagi ternyata terdapat cadangan gas alam terbesar sedunia di Natuna. Kandungan minyak yang melimpah juga tersimpan di perut bumi Natuna. Begitu pun keindahan aneka terumbu karang, menjadikan daerah ini memancarkan pesonanya tersendiri. Karenanya perlu penjagaan. Sebab ketika penjagaan terhadap kekayaan alam negeri sendiri lemah, maka wajar jika negara-negara lainpun memandang sebelah mata.

Dari sisi geografis, Pulau Natuna merupakan kepulauan terluar di bagian utara Indonesia yang berhadapan langsung dengan Laut China Selatan. Termasuk ke dalam provinsi Kepulauan Riau dengan pusat administrasi di Kota Ranai. Nama Natuna sendiri diambil dari Bahasa Belanda ‘Natunae’, yang berarti alami. Tidak heran, sebab gugusan pemandangan alam yang indah terdapat di sana.

Laut Natuna adalah perairan yang terbentang dari Kepulauan Natuna hingga Kepulauan Lingga di provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Laut ini berbatasan dengan Laut Natuna Utara di utara, barat laut, dan timur. Laut Natuna juga berbatasan dengan Selat Karimata di tenggara dan Selat Singapura di arah barat

Inilah batas-batas wilayah yang harus dijaga. Namun, sekalipun Indonesia menganggap bahwa China sebagai salah satu mitra strategis di Kawasan, tampaknya kedua belah pihak tidak saling menghormati. Aktivitas kapal China di perairan Indonesia, menunjukkan arogansinya. Apalagi tatkala China bersikukuh bahwa Natuna termasuk wilayah mereka.

Kementerian Luar Negeri mengonfirmasi pelanggaran atas zona ekonomi eksklusif (ZEE) Indonesia, termasuk kegiatan Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing), serta pelanggaran kedaulatan oleh Penjaga Pantai China di perairan Natuna. Oleh karena itu, Kemenlu RI telah memanggil Dubes China di Jakarta untuk menyampaikan protes keras terhadap kejadian tersebut. Nota diplomatik protes juga telah disampaikan.

Berbeda dalam Islam, sikap negara sangat tegas menjaga teritorial negara. Jika tidak, akan banyak kerusakan baik itu pemikiran, benda, atau musuh Islam yang menyusup melalui wilayah perbatasan (wilayah ribath). Karenanya orang-orang yang menjaga ribath disebut dengan Murabithun, dilengkapi dengan persenjataan canggih untuk menggentarkan musuh.

Menjaga perbatasan, hukumnya wajib kifayah. Bila tidak terdapat satupun yang menjaga daerah perbatasan negara mereka, baik ia tentara atau sipil, maka seluruh kaum muslimin berdosa. Namun jika sebagian telah melakukannya, maka kewajiban tersebut dianggap gugur dari sebagian yang lainnya.

Allah SWT telah memerintahkannya di dalam firmanNya, “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepaala Allah supaya kamu beruntung.” (Ali Imran: 200)

Rasulullah Saw bersabda yang ditujukan kepada Anas bin Abi Martsad yang diperintahkan menjaga pos penjagaan markas tentara pada malam hari, dan keesokan harinya Rasulullah Saw datang kepadanya dan bertanya, “Apakah kamu turun tadi malam?” Ia menjawab, “Tidak, kecuali pada waktu salat dan buang air.” Rasulullah Saw bersabda kepadanya, “Kamu telah melakukan suatu amalan yang mewajibkanmu masuk surga, sehingga kamu tidak perlu melakukan suatu amal pun setelahnya.” [Diriwayatkan oleh an-Nasa’i, no. 5/275 dalam al Ausath dan Abu Dawud].

Sangat besar keutamaan menjaga perbatasan, sebab kewibawaan negara dipertaruhkan. Penjagaan yang bersungguh-sungguh, membuat musuh-musuh Islam takut, tidak berani berbuat semena-mena terhadap umat. Jika saat ini negeri ini tidak bersegera menindak tegas pelanggaran China, sebab sekularisme menjadi asas pengelolaan negara.

Oleh karena itu sangat mendesak, untuk segera mengganti kepengurusan umat dengan Islam. Sebuah sistem yang lengkap berasal dari Allah, menjaga kehormatan, jiwa, kepemilikan, akal, agama, keamanan dan negara. Pemimpin pun akan bersungguh-sungguh memperhatikan urusan umat, sebab taat dan tunduk terhadap Allah. Wallahu a’lam.

Lulu Nugroho
Muslimah Revowriter Cirebon

Artikel Terkait

Back to top button