KHOTBAH

Khotbah Idulfitri 1443 H: Membangun Kesalehan Sosial

  الله أكبر لااله الاّ الله و الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Kaum muslimin jamaah shalat Idulfitri yang dirahmati Allah

Islam adalah aturan hidup yang sempurna. Allah SWT berfirman:

{الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا } [المائدة: 3]

“Pada hari ini telah kusempurnakan agamamu untukmu dan telah kusempurnakan untukmu nikmat-Ku dan telah Kuridloi Islam sebagai agamamu.” (QS. Al Maidah ayat 3).

Seluruh pelaksanaan ibadah shiyam dan qiyam sebulan penuh di bulan Ramadhan adalah ibarat pelaksanaan system hidup Islam secara keseluruhan secara simultan yang tujuan dari pelaksanaannya adalah untuk menghasilkan masyarakat yang secara jama’i (kolektif) maupun pribadi (individual) adalah manusia-manusia yang disiplin dalam ketaatan kepada Allah SWT.

Dan hasil dari pelaksanaan sistem ibadah tersebut bisa kita lihat secara umum manusia lebih disiplin memenuhi masjid untuk shalat wajib lima waktu, shalat tarawih, dan i’tikaf di sepuluh malam terakhir.   Secara umum manusia lebih berdisiplin tidak makan dan tidak minum di siang hari, walaupun makanan dan minuman yang tersedia semuanya halal. Mereka menahan diri dari yang halal karena Allah, apalagi terhadap berbagai makanan dan minuman yang aslinya memang diharamkan oleh Allah SWT.

Di siang Ramadhan manusia lebih disiplin untuk tidak melakukan hubungan suami istri, apalagi hubungan seksual di luar nikah yang jelas diharamkan, terlebih lagi hubungan menyimpang seperti homoseks dan lesbian yang lebih-lebih lagi sangat diharamkan.  

Masyarakat yang menjaga kedisiplinan sosial ini dilatih dalam seluruh system ibadah di bulan Ramadhan dan dijaga dengan system amar ma’ruf nahi mungkar sepanjang masa.  Inilah masyarakat dengan disiplin kehidupan sosial terbaik di dunia.  Allah SWT berfirman:

{كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ …} [آل عمران: 110]

Kamu adalah umat yang terbaik (khairu ummah) yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah…. (QS. Ali Imran 110).

Selain itu Allah SWT menjamin bahwa dengan sistem penerapan syariat yang mendisiplinkan rakyat hingga menjadi manusia-manusia yang beriman dan bertakwa itu Dia SWT pasti akan membuka pintu-pintu keberkahan dari langit dan bumi.  Dia SWT berfirman:

{وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ …} [الأعراف: 96]

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,…. (QS. Al A’raf 96).

  الله أكبر لااله الاّ الله و الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

MEMBANGUN KESALIHAN SOSIAL

Kaum muslimin jamaah shalat Idulfitri yang dirahmati Allah

Disiplin shalat jamaah di masjid yang terbangun akibat intensifnya peribadatan di bulan Ramadhan, baik shiyam maupun qiyam Ramadhan perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan dengan kesadaran umum bahwa shalat berjamaah di masjid tidak hanya mendapatkan karunia pahala 27 kali daripada shalat di rumah serta diangkatnya derajat kita dan diampuninya dosa dari tiap langkah yang kita ayunkan dari rumah ke masjid, namun juga memberikan dampak sosial yang jauh lebih baik, yakni mewujudkan persatuan dan ukhuwah umat Islam.  

Meningkatnya taraf ukhuwah Islamiyyah dan kepedulian sosial sesama muslim akan terjadi seiring dengan meningkatnya taraf interaksi sosial dan pengetahuan ajaran Islam yang berkaitan dengan kepedulian sosial dan kewajiban tiap muslim untuk meningkatkan amal salih, baik kesalihan ritual maupun kesalihan sosial.

Islam adalah ajaran kehidupan yang lengkap, menyempurnakan kesalihan pemeluknya, baik kesalihan ritual maupun kesalihan sosial. Bahkan dalam Surat Al Ma’un Allah SWT memberikan warning agar umat Islam jangan sampai jatuh ke dalam derajat ketidaksalihan baik ritual maupun sosial.  Allah SWT memberikan peringatan keras kepada mereka yang tidak memiliki kesalihan ritual mapun sosial sebagai orang yang mendustakan agama Islam!.

الله أكبر لااله الاّ الله و الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Kaum muslimin jamaah shalat Idulfitri yang dirahmati Allah

Marilah kita renungkan peringatan  Allah SWT tentang orang yang tidak memiliki kesalehan ritual maupun kesalehan sosial sebagai berikut:

Allah SWT berfirman:

اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ ࣖ

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin. Celakalah orang-orang yang melaksanakan salat, (yaitu) yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat riya dan enggan (memberi) bantuan. (QS. Al Maun: 1-7)

Al Maun sendiri artinya adalah barang-barang berguna seperti linggis, obeng, catut, tangga, ember, piring, gelas, cangkir, dll yang berguna dalam kehidupan dan biasa saling pinjam antara tetangga. Hanya saja dalam kehidupan bertetangga, harus sabar dengan kondisi bahwa ada tetangga yang jika meminjam barang berguna, lalu lupa mengembalikannya. Tentu saja ini tidak boleh menjadikan kita kapok meminjamkan sehingga kita akhirnya kena warning Allah dalam Surat Maun ini. Jelas sekali ayat ini meletakkan kesalihan sosial seperti menjaga harta anak yatim dari perampasan siapapun, menjaga ketersediaan makanan buat orang-orang miskin, dan keharmonisan  kehidupan betetangga begitu pentinya sehingga yang siapa saja alpa dalam hal ini bisa dikategorikan sebagai Pendusta agama!

Rasulullah Saw juga pernah memberikan warning kepada mereka yang punya kelebihan rizki untuk menyembelih hewan korban di saat hari raya Iedul Adha tapi tidak mau menyembelih hewan korban. Beliau bersabda:

«مَنْ وَجَدَ سَعَةً لِأَنْ يُضَحِّيَ فَلَمْ يُضَحِّ، فَلَا يَحْضُرْ مُصَلَّانَا»

Siapa yang punya keluangan rizki untuk berkurban, tapi dia tidak menyembelih kurban, maka jangan mendekati Musholla kami.  (Imam Al Hakim dalam kitab Al Mustadrak ala As-Shahihain Juz 2 halaman 422).   

Begitu besarnya peranan kesalihan sosial ini sampai-sampai Al-Qur’an menyebut bahwa unta korban yang akan disembelih dan dibagi-bagi kepada masyarakat sebagai suatu syiar agama Allah SWT. Allah SWT berfirman:

{وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ } [الحج: 36]

Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya. (QS. Al Hajj ayat 36).

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button