NASIONAL

Pemerintah Diminta Fokus Halau Corona Bukan Wisata dan Investasi

Jakarta (SI Online) – Total sudah 40 negara mengonfirmasi kasus virus corona COVID-19 di wilayahnya masing-masing. Bahkan kabar terbaru menyebutkan negara-negara yang sebelumnya terbebas dari virus corona satu persatu mengkonfirmasi kasus corona mulai dari Selandia Baru, Nigeria, dan Lithuania. Ini artinya, jangkauan virus corona semakin panjang seiring berjalannya waktu. Semua negara harus bersiap-siap menghadapi kemungkinan terburuk akibat meluasnya penyebaran virus asal Wuhan, China ini.

Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan hampir semua negara saat ini sudah dan sedang memproteksi dirinya masing-masing bahkan harus mengeyampingkan kegiatan ekonomi, investasi dan pariwisata demi menghalau agar virus corona tidak semakin banyak menginfeksi warganya. Ini karena, jika satu saja kasus infeksi virus corona ditemukan di sebuah negara maka potensi untuk virus ini merebak sangat besar sebagai akibat penularannya yang sangat mudah dan cepat. Berbagai upaya dan sumberdaya termasuk anggaran mereka siapkan supaya mampu menghalau agar virus dan siap jika memang virus tersebut sudah masuk negaranya.

“Makanya sekarang fokus Indonesia itu harusnya bukan jor-joran keluarkan anggaran agar turis datang ke Indonesia, tetapi menyiapkan segala sesuatu baik itu hal yang substansi mulai anggaran, menajemen krisis, penyiapan alat pemeriksaan virus, kesiapan fasilitas kesehatan, sampai yang teknis misalnya saja mengantisipasi kelangkaan masker. Saya belum melihat Pemerintah membahas ini,” tukas Fahira Idris melalui pernyataan tertulisnya yang diterima Suara Islam Online, Sabtu (29/2/2020).

Fahira Idris menyesalkan kebijakan pemerintah yang saat ini malah lebih berfokus diri mencari celah ekonomi di tengah kekhawatiran dunia akan pandemi Virus Corona COVID-19. Salah satunya adalah memprioritaskan guyuran anggaran promosi wisata agar wisman yang batal mengunjungi China, Korea atau Jepang (negara yang sudah terinfeksi virus corona) datang ke Indonesia.

“Kita mau promosi seperti apa dan ke siapa? 40 negera lebih sudah terinfeksi. Negara-negara tersebut pasti mengeluarkan kebijakan pembatasan agar warganya tidak berpergian ke luar negeri dan membatasi masuknya warga negara asing ke negaranya. Saya rasa promosi pariwisata itu pekerjaan yang sia-sia. Promosi wisata boleh, tapi nanti setelah virus ini benar-benar bisa dikendalikan. Saya dan mungkin banyak masyarakat bingung melihat pola pikir Pemerintah saat ini,” ujar Wakil Ketua Badan Pengkajian MPR ini.

Menurut Fahira, belum ditemukannya satu pun kasus virus corona di Indonesia justru harus dimanfaatkan Pemerintah untuk seefektif mungkin mempersiapkan segala sesuatu pertama memformulasikan dan mengimplementasikan strategi agar virus corona sama sekali tidak masuk ke Indonesia dan kedua, mempersiapkan dengan matang dan komprehensif jika nanti benar-benar ditemukan kasus virus corona di Indonesia.

Tentu, sambung Fahira, kita semua berdoa agar tidak ditemukan kasus corona di Indonesia, tetapi yang pasti sesuai penjelasan WHO, tidak ada satupun negara yang kebal virus corona. Oleh karena itu, sekali lagi, sebelum terlambat, Pemerintah harus bergerak cepat untuk mulai memformulasikan dan menyiapkan strategi menghalau virus corona dan strategi jika nanti ada ditemukan kasus corona di Indonesia.

“Dari segala sisi, terutama infrastruktur kesehatan, Singapura, Korea, dan Jepang itu lebih maju dari kita. Tapi lihat sekarang, mereka kewalahan menghadapi virus corona. Hal-hal teknis saja mulai dari kelangkaan masker, ketersediaan bahan makanan, mereka kewalahan menangani. Tantangan kita lebih besar. Wilayah luas, penduduk lebih besar, ditambah kesiapan infrastruktur kesehatan belum mantap,” ujarnya.

red: adhila

Artikel Terkait

Back to top button