NASIONAL

Romo Syafi’i Cerita tentang Pembahasan RUU Terorisme di Bukber Fadli Zon

Jakarta (SI Online) – Terjadi kerusuhan tahanan teroris di Markas Komando Brimob, Kelapa Dua, Depok, hingga ada korban jiwa empat orang Polisi dan satu orang tahanan kasus terorisme. Disusul bom meledak nyaris serentak di tiga gereja di Surabaya. Kemudian, atas kejadian itu, Kapolri minta kepada Presiden agar menerbitkan Peraturan Presiden Pengganti Undang-Undang (Perpu).

Menimbulkan kesan, seperti menyalahkan pembahasan Undang-Undang (UU) Pemberantasan Terorisme yang lama, tidak juga selesai. Kejadian teror baik di Jakarta dan di Surabaya, ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan lamanya pembahasan revisi UU No 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Terorisme.

Saat berbuka puasa bersama Senin 4 Juni 2018, di rumah dinas Wakil Ketua DPR Fadli Zon di Jalan Denpasar 3 Kuningan Jakarta Selatan, ketika memberikan tausiyah, HR. Muhammad Syafi’i, anggota DPR dari Komisi III Bidang Hukum dan HAM dan ketua Panitia Khusus (Pansus) untuk pembahasan revisi (UU) Pemberantasan Terorime, secara khusus menyinggung masalah tersebut.

“Kapolri yang tiba-tiba meminta penerbitan Perpu, saat itu segera saya tegur. Sebab antara kerusuhan tahanan teroris yang terjadi di Mako Brimob, kemudian ada bom meledak di tiga gereja di Surabaya, sama sekali tidak ada hubungannya dengan pembahasan revisi undang-undang pemberantasan teroris. Dua kejadian tersebut jauh dari DPR. Kiranya, tindak pidana terorisme itu justru lebih dekat hubungannya dengan Polisi,” selorohnya.

Romo Syafi’i menunjuk pembahasan UU Pemberantasan Terorisme, menjadi demikian lama tuntasnya, yangmenjadi sebab adalah pembahasan undang-undang tersebut menjadi berkembang demikian luas, diantaranya masalah terorisme harus pula ditangani dengan menyangkut masalah Hak Azasi Manusia (HAM), serta menyatukan pemikiran dari berbagai pihak, mulai tentang difinisi terorisme serta yang lain menyangkut penanganan korban yang selama ini tidak tersentuh.

Tampak hadir dalam kesempatan ini sejumlah personil teras partai Gerindra. Di samping Fadli Zon, Wakil Ketua Partai Gerindra sendiri sebagai yang punya hajat dan Romo Syafi’i, juga tampak hadir diantaranya Mayjen (Purn) H. Asril Hamzah Tanjung salah satu ketua Partai Gerindra yang juga anggota DPR yang terpilih dari Daerah Pemilihan Jakarta I.

Tampak pula wartawan senior Amran Nasution. Kemudian Fadli Zon menyebut pula sejumlah tetamu, diantaranya KH. Abdul Rasyid Adullah Syafi’i, Pimpinan Pengasuh Perguruan Islam Asy Syafi’iyah, Balimatraman, Jakarta Selatan. Kemudian HM Aru Syeiff Assadullah, Pimpinan Redaksi Suara Islam yang disebut juga sahabat Prabowo Subianto. Dan lebih khusus lagi menunjuk kehadiran Kartini Djojohadikusumo, “Beliau sesepuh yang tercinta kami, dan bibi Pak Prabowo Subianto,” kata Fadli Zon.

Wakil Ketua Partai Gerindra Fadli Zon, saat memulai rangkaian acara berbuka puasa ini, menunjuk Romo Syafi’i untuk memberikan tausiyah. “Karena beliau ini di lingkungan Partai Gerindra, bahkan di lingkungan DPR, lebih dikenal sebagai mubaligh dari pada sebagai anggota DPR,” katanya serius.

Pada bagian lain dari tausiyahnya, Romo Syafi’i secara khusus mengungkap berbagai contoh yang menunjukkan kecenderungan manusia itu berbuat baik, dan berharap yang baik-baik saja yang tampak dan ditampakkan dari masing-masing dirinya. Kecenderungan berbuat baik itu memang bagian dari perintah agama, dan segala sesuatu yang sebaliknya adalah larangan agama.

“Heran pula kita, di negeri kita ini ada yang hendak memisahkan agama dengan politik dan kenegaraan. Bagaimana ada pemikiran demikian, sedang berbuat baik, adalah perintah agama. Kemudian Alquran memerintahkan agar kita sebagai orang yang beriman, masuk dalam Islam dengan keseluruhan jiwa dan raga. Keseluruhan jiwa, raga, serta segenap aktivitas hidup dan kehidupan,” tegasnya.

Rep: Muhammad Halwan

Artikel Terkait

Back to top button