Sekjen Gelora: Jangan Diblokade, Bantu Taliban Bentuk Pemerintah yang Inklusif
Jakarta (SI Online) – Komunitas internasional, termasuk Indonesia di dalamnya diminta untuk tidak mengisolir Taliban sebagai pemenang di Afghanistan. Namun, justru secara bersama-sama membantu mereka bentuk pemerintahannya yang inklusif dan moderat.
“Taliban jangan diblokade, karena begitu diisolasi oleh dunia internasional dan diblokade, maka mereka tidak punya jalan lain. Mereka akan mengembangkan jalan-jalan kekerasan dan menyebarkan ke seluruh dunia lagi,” kata Sekjen Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Mahfuz Sidik, dalam diskusi di stasiun televisi tvOne dengan tema ‘Taliban Menang, Islamofobia Datang?, Rabu (24/8/2021).
Menurut Mahfuz, situasi dan kondisi di Afghanistan saat ini sebenarnya tidak terlepas dari politik geopolitik internasional. Afghanistan, lanjutnya, dijadikan tempat perang antara Amerika Serikat dan sekutunya dengan Uni Soviet.
Dalam posisi ini, sebenarnya Afghanistan merupakan korban dari perang dingin tersebut. Sehingga memunculkan berbagai kelompok jihad di Afghanistan maupun dari berbagai negara seperti Taliban Al-Qaeda, ISIL (Isis Asia Selatan), termasuk jihadis dari Indonesia (Jamaah Islamiyah).
“Tapi sebenarnya Taliban itu sebenarnya bukan teroris, (tapi) kelompok perlawanan asli di Afghanistan. Dan Taliban sudah membuat perjanjian dengan Amerika untuk tidak memberikan ruang bagi ekosistem Al-Qaeda dan ISIS. Apakah kemudian Taliban bisa memenuhi, inilah yang harus dibantu oleh masyarakat internasional,” katanya.
Karena itu, masyarakat internasional dan negara-negara besar punya kepentingan langsung dengan Afghanistan saat ini pasca kemenangan Taliban dengan mendorong terbentuknya pemerintahan baru yang inklusif dan moderat.
“Dari Afghanistan sekarang yang diinginkan oleh dunia itu apa? Apakah Taliban mau dijadikan medan pertempuran baru atau sebagai alat pukul baru atau memang kita menginginkan merekonstruksi Afghanistan. Karena jalan kekuatan militer saat ini sudah menunjukkan kegagalan dan menimbulkan perspektif kecemasan dan Islamofobia, apakah ini yang mau dikedepankan terus?,” tanya Mahfuz.
Politisi yang pernah menjabat sebagai Ketua Komisi I DPR ini menyadari kemenangan Taliban di Afghanistan saat ini menimbulkan pro kontra dan kecemasan baru di dunia internasional maupun di tanah air seperti kekhawatiran munculnya aksi-aksi terorisme baru.
“Indonesia juga perlu mendudukkan soal Afghanistan ini, karena sudah memiliki hubungan baik selama ini. Afghanistan sudah melewati konflik dan peperangan lebih dari 40 tahun, kita dua tahun di lockdown saja sangat berat, bagaimana dengan rakyat Afghanistan,” ujar Mahfuz.
Mahfuz mengatakan, Afghanistan merupakan salah satu negara dari delapan negara yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Bahkan pengakuan kemerdekaan Indonesia oleh Afghanistan dilakukan sebanyak dua kali, dan meminta Indonesia segera mengirimkan perwakilannya sebagai Duta Besar di Afghanistan.
“Pada tahun 1947, kemudian kita mengirim Mayjen Abdul Kadir kala itu sebagai Duta Besar pertama Indonesia di Afghanistan. Afghanistan juga menolak Agresi Militer Belanda II dan ikut Konferensi Asia Afrika di Bandung. Dukungan Afghanistan buat Indonesia sangat besar,” katanya.
Partai Gelora berharap pemerintah Indonesia memiliki political will untuk membantu negara dan bangsa Afghanistan bisa keluar dari krisis situasi saat ini. Dimana ada dua pekerjaan rumah (PR) besar, yakni membentuk state building dan nation state, serta meredakan konflik antar milisi atau faksi di Afghanistan.
“Di Afghanistan ada tujuh kelompok mujahidin, sekarang tinggal tiga kelompok, yakni Taliban, Al-Qaeda dan ISIS Asia Selatan (ISIL). Kita perlu dorong terjadinya rekonsiliasi diantara faksi-faksi tersebut. Jika sekarang Taliban yang menang, maka kita bantu membangun state building dan nation building dengan membentuk pemerintah yang inklusif dan moderat,” pungkas Mahfuz Sidik.
red: farah abdillah