RESONANSI

Siapa Guru Kiai Dudung?

Alhamdulillah, KSAD kali ini pantas diberi gelar “kiai”. Kiiai Dudung Abdurrachman.

Mengapa pantas? Karena beliau sudah bisa memberikan ceramah agama (taushiyah). Dan ceramah itu tentang iman, pula. Sangat jauh berbeda dengan para KSAD pendahulu beliau.

Dudung menjelaskan tentang kategori iman. Ada iman taklid (hanya mengikut). Ada iman ilmu. Ada iman iyaan. Ada iman haq.

Kelihatannya, berdasarkan ilmu tentang iman inilah Dudung memperingatkan siapa saja agar “tidak terlalu dalam mempelajari agama”. Ucapan ini memancing banyak sindiran dari berbagai pihak.

Sehari kemudian, Kadispenad meluruskan ucapan Dudung itu. Agar khalayak tidak salah paham. Menurut Kadispenad Brigjen Tatang Subarna, yang dimaksudkan Dudung agar “tidak terlalu dalam mempelajari agama” adalah bahwa “belajar agama terlalu dalam bisa terjadi penyimpangan apabila tanpa guru”.

Dari pelurusan oleh Kadispenad ini bisa diasumsikan bahwa Dudung belajar agama dengan bimbingan guru. Guru beliau mungkin pernah mengatakan agar “tidak terlalu dalam mempelajari agama”.

Ini petuah yang luar biasa. Cara baru belajar agama. Tidak perlu dalam-dalam. Sinonim “tidak perlu dalam-dalam” itu adalah “tidak usah serius”. Ini seratus persen ajaran baru. Belajar agama di pinggir-pinggirnya saja.

Itu artinya, tidak usaha belajar tentang kezaliman, pembunuhan tanpa hak, korupsi, penyiksaan, pemerkosaan, menjual narkoba, dsb. Karena semua hal ini termasuk belajar agama serius, belajar dalam.

Nah, siapa gerangan guru Kiiai Dudung? Siapa guru yang mengajarkan supaya belajar agama dangkal-dangkal saja? Perlu dilacak. Sebab, sejauh ini belum pernah ada anjuran agar belajar agama tidak dalam. Di mazhab mana pun Anda cari, para ulama pasti menganjurkan agar belajar agama sampai dalam.

Publik wajar tahu siapa guru Dudung. Khalayak ingin tahu siapa yang menjadi panutan Kiai Dudung.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button