SUARA PEMBACA

Yang Gaji Kamu Siapa vs Yang Kasih Kamu Hidup Siapa

Kicauan warganet berupa protes keras terhadap ucapan Rudiantara yang mengatakan bahwa gaji para koleganya di Kominfo dibayar oleh pemerintah. Padahal, para ASN dibayarkan dari uang rakyat, bukan uang pemerintah. Tak sedikit pula yang menganggap sindiran Rudiantara sebagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan. Menurut netizen, jabatan menteri yang diemban Rudi tidak seharusnya membuat ia melakukan aksi sindir bernada intimidasi kepada bawahannya itu.

Lagipula bukankah mereka yang selalu membanggakan asas demokrasi yang berarti setiap warga bebas untuk memilih dan bebas berpendapat. Namun, mereka juga lah yang memaksakan kehendak atas dasar kekuasaan. Apakah sebagai warga negara kami hanya harus tunduk kepada orang yang menggaji kami? Dalam segala hal termasuk perihal keyakinan, kebebasan dan hak yang dimiliki?

Bahkan sudah jelas, para aparatur negara bukanlah di gaji dari kantong pemerintah melainkan dari rakyat. Jika ingin turut dan tunduk, seharusnnya para menteri menuruti dan tunduk kepada kemauan rakyat. Bukanlah berfokus pada pemerintah tanpa memikirkan nasib rakyat.

Pemaksaan kehendak mencerminkan bahwa rezim sekarang memaksakan segala cara untuk tetap berkuasa. Tidak mengaitkan nilai Islam dalam segala perbuatan. Hanya keuntungan yang diharapkan dan mendamba manfaat semata.

Pemikiran sekulerisme ini telah mendarah daging di kalangan pemimpin bahkan di kalangan umat. Cara berpikir ini yang menghalangi umat untuk tunduk kepada syariat Allah. Sebagai manusia kita wajib untuk menjadikan Allah sebagai pengatur dengan menjadikan akidah islam sebagai landasan kehidupan. Menjalani kehidupan atas perintah dan larangannya.

Karena Allah Ta’ala yang memiliki kuasa atas hidup kita sebagai manusia. Kita hidup dan bernafas atas ridha dari Allah Ta’ala. Segala aktivitas yang kita jalani atas kuasa dari Allah. Lalu mengapa kita harus tunduk dengan sesama manusia dengan dalih ia yang menggaji kita.

Setelah segala kemurahan rezeki dari Allah Ta’ala, maka kita wajib menyadari bahwasanya aturan yang shahih adalah aturan yang datangnya dari Sang Pencipta. Baik dan buruknya diatur Sang Pemberi Kehidupan. Maka sangat penting untuk mengembalikan aturan Allah di tengah-tengah krisisnya pemikiran umat untuk mengembalikan kemuliaan umat dan rahmat bagi seluruh alam. Wallahu’alam bis-shawwab.

Fajrina Laeli
Mahasiswi STIE Insan Pembangunan

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button