OPINI

2021: Antara Optimisme vs Pessimisme (Bag.1)

Corona bahkan merombak sendi-sendi kehidupan sosial, bahkan kehidupan beragama kita sekalipun. Jika dulu berkumpul silaturrahim adalah nilai yang baik, kini justeru dianggap nilai yang harus dihindari. Sebelum Corona jabat tangan itu menggugurkan dosa-dosa. Saat ini jabatan tangan bisa jadi sumber dosa.

Dalam kehidupan beragama, tatanan ibadah juga banyak berubah. Masjid-masjid yang harusnya dmakmurkan dengan keramaian saat ini justeru dianjurkan untuk mengurangi keramaian. Bahkan jarak shof sholat yang harusnya berdekatan sebagai bagian dari kesempurnaan sholat, kini dianjurkan untuk berjauhan.

Bahkan dalam sejarah panjang agama ini baru kali ini masjid-masjid sempat ditutup. Bahkan masjidil Haram dan masjid Nabawi juga sempat ditutup beberapa waktu. Ramadan tidak lagi diramaikan dengan tarawih berjamaah dan kegiatan Ramadan lainnya. Bahkan sholat eid juga dilakukan dengan sangat sederhana.

Di berbagai belahan dunia masih banyak manusia yang berjuang untuk mendapatkan hak-hak dasarnya (HAM). Dari Myanmar, Kashmir, Uighur, hingga yang paling klasik Saudara-Saudara kita di Palestina, semuanya masih berada dalam situasi terbelenggu. Mereka dan banyak lagi di berbagai belahan dunia adalah orang-orang yang tidak memiliki hak-hak setara dengan manusia lainnya.

Saudara-Saudara kita warga warga Rohingya di Myanmar hingga saat ini masih terbengkalai tidak menentu di berbagai tempat yang menyedihkan. Di Bangladesh mereka ditempatkan di lokalitas-lokalitas yang rawan banjir dan penyakit. Tapi yang terpenting mereka belum mendapatka status kewarga negaraan mereka. Hewan saja ada identitas kepemilikan. Tapi warga Rohingyah tidak mau diakui oleh siapapun.

Palestina dan Jerusalem khususnya juga semakin menghadapi realita yang kelam. Pengakuan Trump secara unilateral tentang Jerusalem sebagai Ibukota Israel dan memindahkan Kedutaan US ke Jerusalem adalah kesemena-menaan yang luar biasa. Pengakuan itu tidak saja melanggar berbagai resolusi PBB. Tapi juga melanggar hak-hak dasar bangsa Palestina yang seharusnya dilibatkan dalam semua proses yang terjadi.

Selama Donald Trump berkuasa di Amerika Palestina memang disisihkan seolah tidak ada (eksis). Bahkan Trump lebih memilih Saudi, Mesir. Bahrain atau Uni Emirat sebagai partner dalam menentukan hal-hal yang berkaitan dengan nasib bangsa Palestina. Sebuah pelecehan dan arogansi yang tidak dapat ditolerir.

Pada akhirnya yang cukup menyedihkan pula adalah keberhasilan Donald Trump melalui tangan kanannya meyakinkan (atau mengintimidasi dan/menyuap) beberapa negara Muslim untuk membangun hubungan diplomasi dengan Israel. Beberapa negara berhasil membangun relasi penuh dengan Israel. Di antaranya Uni Emirat, Bahrain, Sudan, Maroko, dan beberapa lainnya.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button