Pemuda Samarinda Tolak RUU P-KS
Samarinda (SI Online) – AILA Indonesia terus melakukan safari dakwah untuk menjelaskan alasa mengapa RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) harus ditolak.
Selasa, 19 Februari 2019, AILA Indonesia mengadakan pertemuan dengan pemuda Samarinda di lantai 2 Masjid Plaza Mulia. AILA diwakili Ketua Bidang Edukasi Diana Widyasari dan Ketua Bidang Media dan Koordinator Pusat Sahabat AILA, Suci Susanti.
“Definisi kekerasan seksual yang dicantumkan dalam RUU tersebut, jika ditelaah lebih dalam maka ada jebakan didalamnya. Contohnya, mengapa definisi ‘prostitusi paksa’, mengapa bukan definisinya ‘prostitusi’ saja. Mengapa harus ada kata ‘paksa’ disana ? Apa bedanya ‘prostitusi paksa’ dengan ‘prostitusi’ ? Ini harus kita pertanyakan kepada yang mengusulkan,” ungkap Diana.
Sementara itu Suci lebih menitikberatkan pada para pengusung RUU.
“Ketika kita berjuang, kita harus tahu siapakah yang berjuang bersama kita. Siapa yang ada di sebelah kita, siapa yang ada di depan kita dan di belakang kita. Begitupun dengan RUU ini. Para pemuda harus kritis. Harus meneliti rekam jejak para pengusung RUU P-KS. Apa saja yang sudah dilakukan oleh para pengusung RUU selama ini ? Bagaimana rekam jejak mereka? Harus kita teliti. Dan ternyata setelah diteliti, rekam jejak para pengusung RUU justru tidak berpihak pada sebagian besar masyarakat Indonesia,” jelas Suci.
Sekitar 100 pemuda antusias mengikuti acara sejak awal hingga akhir. Selain dari Samarinda, para pemuda ini pun banyak yang berasal dari kota di sekitar Samarinda. Salah satunya dari Tenggarong. Kota yang berjarak sekira 40 km dari Samarinda.
Malamnya, acara dilanjutkan dengan diskusi bersama aktivis muslimah Samarinda. Kali ini membahas tema “Feminisme dan pergerakannya di Indonesia.” Diskusi berlangsung tertutup dan diikuti kurang lebih 30 orang aktivis muslimah Samarinda.
Yang menarik, seorang aktivis masih berusia remaja. Aktivis bernama Putri menyatakan ketertarikannya dengan isu feminis setelah melihat berita AILA dan juga tayangan video AILA yang ada di channel youtube.
“Saya sangat bersyukur dan berterimakasih ibu-ibu dari AILA mau menyempatkan diri untuk mengedukasi kami. Jujur mata saya jadi terbuka. Selama ini feminisme dianggap tidak berbahaya. Ternyata setelah diteliti lebih dalam, feminisme ini sangat berbahaya dan membahayakan untuk masa depan pemuda seperti saya,” ungkap Putri.
red: farah abdillah