NUIM HIDAYAT

Tugas Kita: Dakwah atau Cari Kekuasaan?

Ada kelompok gerakan Islam yang visinya mencari kekuasaan. Apakah Itu salah? Tentu tidak. Tapi ‘kurang bijak.’

Tugas gerakan Islam atau seorang Muslim adalah dakwah. Bukan cari kekuasaan. Kekuasaan adalah hadiah dari Allah yang diberikan kepada hamba-Nya yang saleh.

Dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa kekuasaan dunia ini akan diberikan kepada orang-orang shalih, kaum tertindas dan kaum yang sabar. Mengapa demikian?

Karena hanya orang salehlah yang akan memimpin masyarakat atau negara dengan benar. Ia tidak akan menggunakan kekuasaan untuk keuntungan sendiri. Tidak akan menggunakan kekuasaan itu untuk memakmurkan keluarganya setinggi-tingginya.

Tidak akan menggunakan kekuasaan untuk setinggi-tingginya kemakmuran organisasinya. Tapi menggunakan kekuasaan itu untuk kemakmuran rakyatnya.

Seorang pemimpin yang dipikirkan adalah rakyatnya. Seorang pemimpin yang difikirkan umatnya. Maka jangan heran Rasulullah saw sebelum wafat menyatakan ummati ummati, umatku-umatku.

Maka tugas seorang Muslim sebenarnya adalah dakwah. Tugasnya mengajak manusia kepada jalan Allah. Tugasnya adalah mengajak orang Islam agar lebih bagus Islamnya. Tugasnya adalah mengajak orang-orang kafir agar masuk Islam. Mengajak orang-orang kafir memahami kenikmatan ber-Islam.

Dalam surat an Nahl 125, Allah SWT menyatakan, ”Ajaklah (mereka) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, pelajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan (cara) terbaik.”

Dalam surat al Fatihah dinyatakan, ”Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri kenikmatan. Bukan jalan yang Engkau murkai dan bukan pula jalan yang sesat.”

Menariknya dalam surat al Fatihah digunakan lafadz ‘anamta’ bukan lafadz lainnya. Ini menunjukkan bahwa jalan Islam itu adalah jalan yang penuh kenikmatan. Jalan kebahagiaan. Bukan jalan kesedihan atau kesengsaraan. Jalan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Maka kaum Muslim yang imannya kuat, ketika dimasukkan kerangkeng, ia tetap bahagia. Ia tidak merasa sedih. Ia merasa itu takdir Allah yang harus dijalani. Maka lihatlah tokoh-tokoh Masyumi dulu ketika di masa Soekarno. Mereka dipenjara, tapi mereka tetap tegar. Mereka merasa bahagia di penjara.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button