NUIM HIDAYAT

Tugas Kita: Dakwah atau Cari Kekuasaan?

Kenikmatan atau kebahagiaan memang letaknya di dalam hati. Kebahagiaan tidak ditentukan oleh besar kecil uang yang dimiliki, kebahagiaan tidak ditentukan oleh jabatan yang ia emban. Kebahagiaan akan tumbuh bila seorang terus bersyukur kepada Allah, apapun yang terjadi.

Al-Qur’an menyatakan bahwa orang-orang yang berbahagia adalah orang yang benar-benar taat kepada Allah dan RasulNya.

Makanya mengajak seseorang untuk berIslam secara benar (kaffah) adalah tugas sebenarnya seorang Muslim. Al-Qur’an menyatakan bahwa profesi sebagai dai adalah profesi yang terbaik.

“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang mengajak kepada jalan Allah, beramal saleh dan (berani) menyatakan bahwa sesungguhnya aku bagian kaum Muslim.” (QS Fushilat 33)

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa seorang dai (pengajak kebaikan) tidak hanya merasa cukup bersuara dengan lisan dan tulisan. Tapi seorang dai juga harus beramal saleh atau mempraktikkan apa yang ia ucapkan. Jangan sampai ucapan beda dengan tingkah laku (nifaq).

Selanjutnya seorang dai juga harus berani menyatakan keislamannya. Ia harus berani membawakan ayat Al-Qur’an dimana saja berada. Ia harus berani menyatakan keunggulan Islam, meski di depan orang-orang kafir. Karena pada hakikatnya orang kafir itu bodoh, karena tidak tahu kehebatan Islam.

Menteri agama yang Muslim misalnya, harus berani menyatakan keislamannya dimanapun berada. Bukan malah mengajak Paus ke Indonesia yang mayoritas Islam. Ia harusnya berani mengajak Paus untuk masuk Islam, baik lewat lisan maupun tulisan. Ia harusnya berani juga mengajak bawahannya yang non Muslim untuk masuk Islam.

Itulah yang dilakukan Rasulullah sepanjang hidupnya. Membaguskan Muslim agar semakin bagus Islamnya (akhlaknya) dan mengajak orang non Islam masuk Islam.

Renungkanlah bagaimana Rasulullah memulai dakwah dengan sendirian. Setelah dapat wahyu Iqra’ bismirabbikalladzi khalaq, Rasulullah langsung mengajak istrinya Khadijah untuk masuk Islam. Kemudian disusul Ali dan Abu Bakar dan seterusnya, sehingga Makkah dan Madinah akhirnya semuanya menjadi Muslim.

Setelah Rasulullah wafat, dakwah dilanjutkan oleh Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan seterusnya. Dakwah terus dikembangkan oleh orang-orang yang saleh saat itu (ulama). Para penguasa, setelah Khulafaur rasyidin, ada yang bagus dan ada yang buruk.

Menarik untuk kita renungkan, kenapa Rasulullah menolak tawaran kaum kafir Quraisy berupa harta, tahta dan wanita dengan syarat Rasul harus menghentikan dakwahnya.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button