NUIM HIDAYAT

Didikan

Didikan itu adalah satu dari pokok-pokok yang amat berguna sekali untuk keselamatan hidup manusia. Boleh dikata seolah-olah tiang bagi sebuah rumah atau laksana kemudi bagi perahu di tengah lautan.

Sebuah rumah tiada dapat berdiri, apabila tidak bertiang dan walaupun dapat tentu berdirinya itu tidak akan kokoh dan kuat, dan pastilah dengan mudah saja akan rubuh jika ditiup angin.

Begitu pula halnya dengan sebuah perahu yang sedang berlayar, tak lain daripada kemudi itulah suatu perkakas untuk menyelamatkan pelayarannya. Jika kemudi rusak, tak dapat tidak perahu itu akan rusak pula tujuannya.

Apalagi jika tidak mempunyai kemudi, sudah tak syak lagi bahwa pelayaran perahu itu akan berbahaya, lantaran tak dapat menahan angina dan badai, hanya berlayar dengan terapung-apung, dihanyutkan arus kian kemari hingga akhirnya jadi binasa.

Oleh sebab itu, nyata kepada kita bahwa tiap-tiap manusia yang hidup di bumi ini masing-masing ada mempunyai didikan yang menjadi kemudi bagi kehidupan mereka. Ada yang mempunyai didikan yang benar membawa kepada keselamatan dan kesejahteraan. Ada pula yang mempunyai didikan yang salah, membawa dan menjerumuskan diri mereka kepada kesengsaraan hidup.

Jadi tak salah lagi bila kita katakana didikan itu suatu pusaka, peninggalan ibu bapa yang amat penting dan amat besar sekali pengertiannya bagi anak-anak.

Seorang anak sejak mulai ia dilahirkan oleh ibu bapanya, tiada lain yang memberi didikan kepadanya melainkan ibunya. Dan ibu itulah guru yang pertama-tama bagi anak-anak. Apabila ia telah berumur enam atau tujuh tahun barulah ia mulai menerima didikan dari orang lain. Yaitu jika ia telah masuk ke sekolah. Tetapi didikan yang diberikan oleh ibunya pun tiada berhenti hingga anak itu sudah menjadi orang dewasa.

Lain daripada di rumah dan di sekolah anak itu dapat pula menerima didikan dari kawan-kawannya bermain, yang bergaul dengan dia sehari-hari. Caranya anak-anak menerima didikan itu, tak ubahnya sebagai api yang sedang menyala. Barangsiapa yang lebih dekat kepada api itu, merekalah yang lebih kepanasan.

Barangsiapa yang lebih banyak bergaul dengan seorang anak kecil, maka dari merekalah yang lebih banyak anak itu dapat didikan. Cobalah perhatikan keadaan seorang anak yang dari mula lahirnya, selalu bercampur tak pernah berpisah dari ibunya. Boleh dikata sebagian besar kelakuan dan tabiat ibunya dapat ditiru oleh anak itu. Buruk atau baiknya perangai dan kelakuan anak-anak adalah bergantung kepada contoh-contoh yang selalu dilihat anak itu dalam pergaulannya.

Seorang anak dari tukang judi, tak dapat tidak akan menjadi penjudi pula, atau sekurang-kurangnya tahu dan mengerti. Ia melihat perkakas-perkakas judi dan selalu pula dapat dipandangnya, bagaimana ayahnya melakukan pekerjaan itu.

Karena itu sudah tak heran lagi apabila seorang anak yang dari kecilnya bercampur gaul dengan orang Barat dan dididik secara kebaratan, segala perbuatan, adat-adat dan kebiasaan orang Barat itu akan tumbuh berurat berakar dalam badan anak itu.

Jika kita perhatikan keadaan bangsa kita murid-murid sekolah Barat sekarang ini, sungguh amat banyak daripada mereka yang diperhamba oleh dunia kebaratan itu, suka mati-matian meniru adat istiadat cara Barat, sehingga adapula yang memandang rendah dan hina akan bangsanya sendiri yang tidak bersekolah Barat. Hal ini bukan saja terdapat pada kaum laki-laki, malahan tak kurang-kurang pula kaum perempuan bangsa kita yang dihinggapi penyakit itu.

Hampir rata-rata mereka yang telah mendapat didikan Barat itu tak mau tinggal di rumah saja, tidak hendak menjadi pengurus rumah tangga, hanya mereka lebih suka pula menjadi kaum buruh, bekerja di kantor seperti kaum laki-laki.

Tak kurang pula pada tiap-tiap kantor Government kita dapat kita lihat kaum-kaum perempuan bangsa kita memburuh, menjual tenaga mereka bercampur gaul dengan kaum laki-laki. Kejadian yang semacam inilah contoh-contoh dari bangsa Barat yang ditimbulkan oleh didikan kebaratan itu.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button