Kala Mendikdasmen Abdul Mu’ti Mengaku Iri pada Kiai Cholil Nafis

Depok (SI Online) – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Prof. Abdul Mu’ti, yang juga Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengaku memiliki ‘rasa iri’ kepada pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah Depok, KH Muhammad Cholil Nafis.
Dalam perjalanan menuju Pesantren Cendekia Amanah, Sabtu sore (08/03), Mu’ti mengaku melihat YouTube MUITV program Sang Kiai Gus Cholil. Ia mengaku baru tahu jika Kiai Cholil adal putra seorang saudagar Madura, kemudian menjadi ulama.
Menurut Mu’ti, orang boleh iri kepada dua orang, satu kepada orang kaya yang berderma dengan kekayaannya, kedua kepada orang alim yang mengamalkan ilmunya.
“Karena itu saya ke sini iri kepada Kiai Cholil, karena beliau memiliki dua-duanya. Beliau ini orang kaya yang banyak bersedekah, dan orang alim yang banyak mengamalkan ilmunya,” kata dia.
Mu’ti juga mengaku terinspirasi untuk mengembangkan pesantren. Ia bercerita, Buyutnya dulu punya pesantren. Banyak santrinya dari Tebu Ireng, Demak dan daerah lain. Sekarang pesantren dilanjutkan oleh sepupunya yang NU, tetapi alumni Tsanawiyah dan Aliyah Muhammadiyah dan menjadi Ketua PCNU.
“Inilah hebatnya Islam di Indonesia dimana Muhammadiyah dan NU tidak menjadi dua organisasi yang salin berseteru, tapi seperti dua sayap burung Garuda. Burung Garuda bisa terbang tinggi karena dua sayap itu mengepak, dua sayap itu Muhammadiyah dan NU,” kata Mu’ti.
Baca juga: Silaturahmi ke Ponpes Cendekia Amanah, Mendikdasmen: Modern dan Berkemajuan
Sebelumnya, dalam ceramahnya di depan para undangan dan santri Pondok Pesantren Cendekia Amanah, Kalimulya, Cilodong, Kota Depok, pada Sabtu (08/03/2025), Mu’ti menyampaikan bahwa pendidikan menjadi kunci konvergensi pemahaman keislaman di Indonesia terus berlangsung, sehingga memunculkan generasi baru muslim yang memiliki visi keislaman terbuka dengan tetap menjaga tradisi keislaman yang kuat. Mereka itu adalah kekuatan Islam Indonesia masa depan, menjadi kekuatan Islam di Indonesia yang tidak dimiliki negara lain.
Mengawali tausiyahnya, Mu’ti merasa terhormat dan sangat menghargai cara Pengasuh Pesantren Cendekia Amanah KH Muhammad Cholil Nafis memuliakan tamunya.
Mu’ti merasa tidak ada jarak antara keduanya, meski berada di dua organisasi yang berbeda namun memiliki kimia yang sama.
“Beliau ini memang biasa menjadi partner saya di beberapa stasiun televisi untuk acara-acara yang berkaitan dengan ceramah agama Islam, dengan beliau tidak perlu diarahkan, tanpa ada skenario, insyaallah sudah saling mengisi sehingga selama satu setengah jam siaran itu tanpa ada salah”, ucapnya sambil senyum.
“Ini karena kami sudah memiliki chemistry yang sama, dan kalau semua umat itu seperti Kiai Cholil dan mungkin juga bisa seperti saya, Indonesia ini akan bebas dari persoalan-persoalan khilafiyah dan furu’iyah”, lanjutnya yang mendapat tepukan meriah hadirin.