Ikhwanul Muslimin dan Revolusi di Mesir

Ikhwanul Muslimin telah melibatkan diri dalam bidang kemiliteran (melawan Israel), sehingga mempunyai hubungan akrab dengan para perwira pelaku revolusi. Bahkan di antara mereka ada yang menjadi anggota Ikhwan. Karena itulah Ikhwan kemudian membantu gerakan revolusi.
Gamal Abdul Nasser sebagai pemimpin revolusi telah berjanji kepada Ikhwanul Muslimin untuk melaksanakan pemerintahan yang dipimpinnya kelak dengan sistem Islam. Ia bersumpah dengan mengangkat Al-Qur’an di hadapan pengurus Ikhwanul Muslimin, Shalah Syadi, bahwa dia kelak akan memerintah negara berdasarkan Al-Qur’an. Revolusi ini sukses dengan bantuan Ikhwanul Muslimin (1952).
CIA, Zionis dan Komunis kemudian berusaha mengadu domba antara Ikhwanul Muslimin dan para perwira pelaku revolusi. Konspirasi musuh ini semula memuji Ikhwanul Muslimin sebagai kekuatan penentang kaum imperialis.
Media massa zionis mengampanyekan kekuatan Ikhwanul Muslimin yang dikatakan mampu mengusasi rejim Gamal Abdul Nasser. Duta Besar Amerika di Mesir menemui Gamal Abdul Nasser dan menganjurkan kepadanya untuk membubarkan dan membasmi Ikhwanul Muslimin, bila ia ingin mendapatkan bantuan dari Amerika.
Masa itu prestasi Gamal Abdul Nasser menurun karena niatnya untuk melakukan kudeta terhadap Presiden Muhammad Najib dan merebut kekuasaannya. Pakar Amerika menasihati Gamal agar ia membuat isu-isu tentang Presiden Muhammad Najib yang bermaksud membunuh dirinya, tetapi dia selamat dari percobaan pembunuhan itu. Dengan taktik semacam ini, maka diharapkan prestise Gamal Abdul Nasser akan naik.
Dengan langkahnya itu, Gamal bermaksud mengurung dua ekor burung dalam satu sangkar sekaligus, yaitu:
- Melepaskan diri dari ikatannya dengan Ikhwanul Muslimin
- Memperbaiki prestisenya di mata rakyat.
Gamal Abdul Nasser membatalkan sumpah yang telah diikrarkannya dengan nama Allah sebelumnya. Ia pun berkisah bahwa salah seorang anggota Ikhwanul Muslimin telah berusaha untuk melakukan percobaan pembunuhan terhadap dirinya.
Dengan kebohongan semacam itu ia kemudian mengeluarkan dekrit untuk menangkap seluruh anggota Ikhwanul Muslimin dan menggantung para pemimpinnya. Ketika itu, enam orang tokoh besar Ikhwan dihukum gantung oleh rejim Gamal. Mereka adalah Syekh Muhammad Farghali, Abdul Qadir Audah, Ibrahim Thayib, Handawi, Yusuf Tal’at, dan Muhammad Abdul Latif.
Pada 1965, Gamal kembali melakukan pemusnahan terhadap gerakan Ikhwanul Muslimin. Tokoh-tokoh pemikirnya seperti: Sayid Qutb, Abdul Fatah Ismail, Yusuf Hawwas dan lain-lain dijatuhi hukuman gantung (1966). Padahal waktu sebelum revolusi itu Gamal sering mendatangi Sayid Qutb. Teror kedua ini dilakukan oleh Gamal atas nasihat pemerintah Rusia. Gamal menyatakan keinginannya untuk memusnahkan Ikhwan ketika ia berkunjung ke Uni Soviet.
Setelah rejim Gamal Abdul Nasser berakhir, muncullah Anwar Sadat ke pentas baru. Ia pada awalnya membebaskan anggota-anggota Ikhwan yang dipenjarakan secara lalim untuk alat membendung pengaruh Marxisme di Mesir. Sebagai akibatnya muncullah berbagai macam gerakan Islam yang berjuang menyemaikan perasaan cinta kepada Islam yang selama ini diperangi oleh Gamal Abdul Nasser dengan rejim marxisnya.
Gerakan Islam ini telah bergerak jauh di luar perkiraan Anwar Sadat. Sebab semula hanya dimaksudkan sebagai alat pembendung pengaruh marxisme, tetapi ternyata gerakan-gerakan ini menyampaikan tuntutan kepada Anwar Sadat supaya menerapkan syariat Islam dalam pemerintahan.
Gerakan-gerakan Islam ini mengecam keras Anwar Sadat, karena ia telah bersedia bekerjasama dan tunduk pada kemauan Zionis. Hal ini menyebabkan zionis menghasut Sadat untuk menghancurkan gerakan-gerakan tersebut.
Anwar Sadat kemudian melakukan penghancuran anggota gerakan Shaleh Siriah, gerakan Musthafa Syukri dan selanjutnya gerakan Ikhwanul Muslimin, dan gerakan-gerakan Islam lainnya. Majalah ad Dakwah yang diterbitkan oleh Ikhwanul Muslimin dibredel. Tindakan Sadat yang bengis ini, pada akhirnya mengakibatkan dirinya sebagai sasaran pembunuhan oleh anggota gerakan Jihad Islami. []
Nuim Hidayat
Sumber: Dr Sa’duddin as Sayid Shalih, Jaringan Konspirasi Menentang Islam. Yogyakarta: Wihdah Press, 2000.