FILANTROPI

Cerita Seru Perjalanan Dai Dewan Da’wah Salurkan Bantuan ke Pedalaman Lambentana

Jakarta (SI Online) – Sejak Kamis (29/3), para dai Dewan Dakwah Morowali Utara dan Kafilah Dakwah Ramadhan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Mohammad Natsir (STID M. Natsir) melakukan perjalanan ‘seru’ dari Sekretariat Dewan Da’wah Morowali Utara menuju dusun binaan, kampung mualaf Dusun Lambentana, Desa Salubiro, Kecamatan Bungku Utara, Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah.

Di tengah suasana panas dan puasa, sepuluh motor bergerak dengan penuh muatan logistik dan bahan pangan. Medan jalan pun bervariasi, mulai dari aspal, tanah bebatuan, menyeberangi sungai tanpa jembatan, hingga jalanan berlumpur. Berkali-kali motor jatuh, bahkan ban bocor di tengah malam. Satu motor bermasalah, semua ikut berhenti dan membantu memperbaikinya.

Baca juga: Laznas Dewan Da’wah Salurkan Bantuan Beras ke Pedalaman Lambentana

Hari pertama perjalanan, para dai singgah di tepi Sungai Salubiro untuk istirahat dan berbuka puasa.

“Kita singgah istirahat sejenak. Ini belum setengah perjalanan,” kata Ustadz Rahman, salah satu dai Dewan Da’wah Morowali Utara, dalam rekaman video kirimannya.

Perjalanan seru dua hari dua malam bukan tanpa tujuan, namun ada misi utama yang harus ditunaikan, yakni menyampaikan amanah umat dari program Ramadhan 1444 Hijriyah Laznas Dewan Da’wah berupa Program Beras ke Pedalaman.

Selain itu, perjalanan ini juga dilakukan dalam rangka mengantar dua dai Kafilah Dakwah Ramadhan yang akan membina dan membersamai masyarat di kampung mualaf Dusun Lambentana.

Satu medan jalan dilalui berlanjut pada medan lainnya yang lebih ekstrem. Jalanan terjal berbukit, menanjak dan penuh batu-batu besar harus dilalui. Satu persatu motor melaluinya, beberapa da’i mendorong dari belakang.

Berkali-kali ban motor terpleset dan tergelincir, bekali-kali pula pekik takbir diteriakkan untuk mengusir lelah dan letih yang sudah terasa bersama suasana panas dan puasa.

“Saya hampir 15 kali terjatuh. Tapi inilah dakwah. Demi menjemput 100 mualaf kami rela seperti ini,” kata salah satu dai Kafda yang akan bertugas di Dusun Lambentana.

Sampai pada malam hari kedua (30/3), perjalanan sampai di malam hari dan berlanjut untuk menyeberangi sungai tanpa jembatan. Kali ini bukan para dai yang naik motor, tetapi motor yang naik dan digotong ramai-ramai oleh para da’i melewati arus sungai yang cukup deras dan dalam. Satu per satu motor digotong dari tepi sungai ke tepi sungai seberangnya.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button