FILANTROPI

Kisah Mengharukan Anggun Pramono, Sarjana STID M Natsir dari Suku Pedalaman Riau

Jakarta (SI Online) – Salah seorang guru ngaji terbaik yang diwisuda tepat di hari ketiga Muharram 1445 H berdiri dengan gagah di balik podium dengan baju toganya.

Anggun Pramono namanya. Ia hari itu resmi mendapatkan gelar barunya sebagai sarjana sosial, sedang mengulang kisahnya.

“Saya adalah anak suku pedalaman Akit, Riau, yang sembilan tahun lalu bertemu dengan salah satu dai Dewan Da’wah yang hadir mengabdi di desa kami,” kata dia memulai ceritanya.

Sembilan tahun lalu, salah seorang dai Dewan Da’wah berangkat ke Pulau Rangsang, Desa Sonde, Kabuppaten Kepulauan Meranti, Riau. Ia adalah Ustadz Alan Ruslan Hubban.

Kiprah Ustadz Alan di pedalaman Suku Akit menyebabkan hidayah hadir di hati Anggun Pramono remaja. Menyemai benih takwa yang kini bisa terlihat dari Anggun Pramono dewasa di balik podium panggung wisudanya.

“Ustadz Alan datang ke kampung kami, ke desa saya. Teman-teman saya ikut mengaji dan saya pun otomatis penasaran. Sebab teman-teman saya reaksinya selalu bahagia, senang setiap kali selesai mengaji dengan Ustadz Alan. Apa yang disampaikan Ustadz Alan? Bagaimana beliau menjelaskan materinya? Saya selalu bertanya-tanya,” ungkapnya.

Anggun remaja semakin giat belajar Islam, sebab selain penasaran ia juga melihat perubahan yang signifikan dari kakak kandungnya yang lebih dulu memeluk Islam. Hingga akhirnya, Anggun Pramono remaja, baru 14 tahun umurnya saat itu, bertekad untuk bersyahadat, namun muncul protes dari keluarganya.

“Kamu masih kecil, ketika kamu sudah berpindah agama, itu tidak hanya sebatas cukup ucapan di lisan saja. Tunggu dulu, sampai kamu mengerti, sebab kami khawatir kamu tidak sanggup melaksanakan kewajiban di agama baru kemudian jadi berdosa,” Anggun mengulang kata-kata orangtuanya di atas podium.

Hal tersebut tidak menyurutkan tekadnya. Anggun Pramono remaja semakin giat belajar Islam. Hingga akhirnya, pada 2014, di usia remajanya, ia bersyahadat dibantu oleh Ustadz Alan Ruslan Hubban, dai Dewan Da’wah yang sedang mengabdi di desanya.

Sejak saat itu, Anggun Pramono tumbuh menjadi remaja yang giat dan terus semangat dalam belajar dan menjalankan Islam dengan baik. Hingga akhirnya, setelah lulus SMA ia mendapatkan rekomendasi untuk menjadi salah satu guru ngaji terbaik yang dikader di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohammad Natsir, sama seperti para guru ngaji Dewan Da’wah yang pernah mengabdi di desanya.

“Hingga akhirnya dengan rahmat Allah, tekad saya semakin kuat berislam dan orangtua mengizinkan saya memeluk Islam. Mereka juga mengizinkan saya berkuliah di STID M. Natsir, menjadi dai dan hari ini, orangtua saya hadir, melihat saya wisuda,” Anggun Pramono terbata-bata sambil terisak di atas podium, sebab teringat kebaikan Allah padanya meski hidayah belum menyentuh hati kedua orangtua juga adiknya, membuat haru suasana wisuda STID M. Natsir ke-13.

“Bersyukurlah kalian yang sudah berislam sejak lahir, tidak seperti saya. Saya harus memiliki daya juang yang tinggi, doa yang kuat agar hidayah tiba pada orangtua saya,” ia berujar sambil berurai air mata.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button