DAERAH

Gerakan Shalat Subuh Berjamaah Rambah Pedesaan

Sragen (SI Online) – Indonesia salat subuh berjamaah, yang sejak beberapa waktu lalu digerakan secara nasional oleh Gerakan Indonesia Salat Subuh Berjamaah (GISS). Belakangan gerakan itu telah memicu tumbuhnya gerakan yang sama secara mandiri hingga tingkat pedesaan.

Salah satunya yang sudah berjalan diantaranya di Majid Nurul Iman, di Desa Patoman, Kecamatan Sambungmacan, Kabupeten Sragen, Jawa Tengah. Masjid di lokasi staregis di tepian jalan raya Solo – Ngawi. Delapan kilometer di timur kota Sragen ke-arah Kota Ngawi atau empat kilometer menjelang perbatasan dengan Jawa Timur di Kecamatan Mantingan.

Masjid Nurul Iman, dibangun atas bantuan Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila (YABMP) di era Orde Baru. Di atas lahan cukup luas. Karena berada di tepian jalan raya, masjid ini, setiap waktu Salat tidak pernah sepi jamaah. Dengan areal parkiran mobil yang cukup luas; menjadikan pengguna jalan raya mempertimbangkan untuk berhenti. Terutama ketika salat Maghrib dan Isya’ tidak sedikit musyafir berhenti untuk tunaikan salat.

Bahkan ketika salat Jumat, masjid ini dipenuhi jamaah—-terutama musyafir. Setelah salat Jumat usai, tampak sejumlah jamaah musyafir tidak sedikit yang tidak segera beranjak meninggalkan area lingkungan masjid. Diantaranya ada yang memilih meneruskan istirahat, dan sebagian yang lain menyempatkan makan dan minum di sejumlah warung yang tumbuh di lingkungan masjid ini.

Kendati berada di tepian jalan raya, masjid Nurul Iman sebenarnya berada di pedesaan. Belakangan juga menggiatkan jamaah salat subuh. Gerakan Subuh Berjamaah, khususnya setiap Ahad ditambah dengan gelaran kajian ilmu dengan penceramah yang didatangkan dari lain daerah, di samping juga menyediakan sarapan (makan pagi).

“Semula, pada setiap Ahad memang terjadi peningkatan jumla jamaah salat subuh. Mungkin karena terdapat kajian ilmu keagamaan, disediakan sarapan bahkan doorprise. Namun ternyata tidaklah demikian. Belakangan ini, Alhamdulillah setiap hari jamaah salat subuh juga semakin banyak. Kendati tidak ada kajian ilmu dan tidak tersedia sarapan. Tidak saja diikuti jamaah musafir, tetapi juga dari masyarakat “jiran” masjid ini,” ungkap salah seorang anggota takmir.

Rep: Muhammad Halwan

Artikel Terkait

Back to top button