FILANTROPI

Hasil Riset: Perolehan Zakat Cara Digital Masih Kecil Dibandingkan Cara Konvensional

Bambang juga menambahkan, riset ini juga mengkaji dampak pemanfaatan TIK yang telahmengubah pola interaksi dan transaksi masyarakat, termasuk dalam pembayaran zakat.

Perubahan ini mendorong 98% LAZ untuk mengembangkan berbagai inovasi digital, seperti pengembangan web (93%), pemanfaatan kanal sosial media (99%) dan platform crowdfunding (17,3%) untuk pengelolaan ZIS.

“Selain itu, LAZ juga berinovasi dengan berpromosi melalui kanaldigital (80%), mengontrak influencer (29%) dan membayar ads/iklan digital (78%). Sementara untuk penyaluran dan pendayagunaan ZIS, platform digital secara umum berdampak positif dalam mempermudah, mempercepat, memperluas cakupan program dan layanan LAZ,” jelasnya

Direktur Eksekutif FI Hamid Abidin menambahkan, jumlah dana zakat yang digalang dengan memanfaatkan platformdigital ini belum sebesar yang dikumpulkan secara konvensional.

Hasil analisis tim peneliti terhadap 104 LAZ pada periode 2016 – 2018 menunjukkan, perolehan dana ZISWAF (Zakat, Infak, Shodaqoh dan Wakaf) masih didominasi oleh pengumpulan secara konvensional.

Sebagai perbandingan, hasil penggalangan ZISWAF secara konvensional mencapai Rp2,15 triliun, sementara yang tergalang melalui metode digital hanya Rp155 miliar. Artinya, baru 6,74% yangtergalang melalui platform digital.

“Kondisi ini disebabkan rendahnya kapasitas muzakki dalam menggunakan media digital dan belum terbiasanya masyarakat menyalurkan zakat secara digital. Selain itu, pegiat LAZ juga belum sepenuhnya optimal dalam memanfaatkan platform digital dalam kegiatan pengumpulan,” katanya.

Tantangan lainnya adalah kualitas jaringan internet yang buruk (khususnya bagi LAZ di daerah), pemadaman listrik, serta biaya internet yang relatif mahal. Selain itu, maraknya kejahatan siber juga perlu diwaspadai dan diantisipasi oleh LAZ, seperti manipulasi data, gangguan sistem, peretasan sistem elektronik, pencurian data, akses ilegal, penipuan online, dan sebagainya.

Sementara itu, Erna Witoelar mengharapkan pemanfaatan platform digital di kalangan LAZ bisamendorong program-program penyaluran dan pendayagunaan ZIS lebih berkembang daninklusif.

Saat ini program-program penyaluran dan pendayagunaan ZIS, menurut Erna, perkembangannya tidak sepesat program-program penggalangan ZIS yang penuh terobosan dan inovasi.

Selain itu, pemanfaatan platform digital juga diharapkan bisa meningkatkan peran dan kontribusi LAZ dalam pencapaian SDGs (Sustainable development Goals) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia.

red: shodiq ramadhan

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button