NASIONAL

Jokowi Tangkis Tiga Isu Negatif: PKI, Pro-Asing dan Kriminalisasi Ulama

Palembang (SI Online) – Calon Presiden petahana, Joko Widodo, terus membantah isu miring yang dialamatkan terhadapnya. Terutama tentang fitnah dan berita bohong terkait isu Partai Komunis Indonesia (PKI).

Jokowi menengaskan isu yang muncul itu tidak lain dimunculkan demi menjatuhkan kepercayaan masyarakat terhadap pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden, Jokowi-Ma’ruf Amin. Isu itu seakan diangkat kembali usai dia dituduh sebagai keturunan PKI sejak beberapa tahun lalu.

“Isu ini sudah empat tahun berjalan. Ini cara-cara politik yang tidak beretika dan tidak beradab. Jika dirusak dengan cara seperti ini, maka saya tidak bisa lagi diam. Ini akan merusak kita, nama baik Jokowi,” kata Jokowi, di Palembang, Ahad 25 November 2018, seperti dilansir Viva.co.id.

Jokowi mengaku, selama ini hanya diam dan tidak terlalu menghiraukan isu tersebut. Namun setelah isu itu kian dihembuskan, dia pun mulai memberikan respons.

“PKI dibubarkan pada 1965-1966, saya lahir 1961, berarti umur saya 4 tahun. Apa ada aktivis PKI di usia balita? Tapi anehnya enam persen masyarakat kita percaya,” katanya.

“Kalau saya hitung sekitar sembilan juta orang lebih. Di media sosial sangat jelas. Di gambar pidato DN Aidit, saya ada di sampingnya. Saya juga heran, kok (fotonya) mirip saya. Ini berbahaya sekali,” kata Jokowi.

Selain isu PKI, Jokowi juga menepis isu mengenai tuduhan mendukung negara asing. Jokowi menjelaskan, pada tahun 2015, pemerintah mengambil alih Blok Mahakam yang semula dikelola Prancis dan Jepang.

Setelah diambil alih, pengelolaan diserahkan sepenuhnya terhadap Pertamina dengan masa kelola hingga 2038. Blok Rokan di Riau juga diserahkan ke Pertamina setelah sejak lama dikelola Chevron.

Lalu Freeport yang selama 40 tahun hanya memiliki sembilan persen saham Indonesia, namun dengan negosiasi selama 3,5 tahun akhirnya Indonesia memiliki 51,3 persen saham yang dikonsorsium PT Inalum.

Jokowi menerangkan, isu mengenai tenaga kerja asing pun terus digencarkan untuk menjatuhkan nama Jokowi-Ma’ruf. Terutama tenaga kerja asing dari China. Padahal pada 2016, dirinya bersama Presiden Tiongkok bertemu dan sepakat memberikan turis sebanyak 10 juta orang dengan destinasi tujuan ke Indonesia.

Namun pihak lain membalik kenyataan dengan isu bahwa turis tersebut adalah tenaga kerja. Diakui Jokowi, untuk melihat jumlah tenaga asing di Indonesia sebenarnya sangat mudah, yakni melalui imigrasi. Tercatat TKA di Indonesia jumlahnya hanya sekitar 0,03 persen.

“Padahal lebih banyak jumlah TKI di China. Harusnya itu sebutannya China anteknya Indonesia. Bukan sebaliknya. Jadi jangan dibolak-balik,” kata Jokowi.

Isu lain yang sedang digencarkan yakni mengenai kriminalisasi ulama. Menurut Jokowi, setiap hari dia selalu berkegiatan dengan para ulama. Bahkan hampir setiap akhir pekan selalu keluar masuk pondok pesantren.

“Tidak pernah terdengar kan bahwa saya mengkriminalisasi ulama. Pertanyaan saya yang dikriminalisasi itu siapa? Ini diumbar-umbarkan pihak lain untuk jatuhkan Jokowi-Ma’ruf. Ini harus dihilangkan,” tegasnya.

red: farah abdillah

Artikel Terkait

Back to top button