NASIONAL

Kasus COVID-19 di Indonesia Melonjak karena Pemerintah Dinilai Lamban

Jakarta (SI Online) – Para pakar kesehatan menuding, lonjakan penyebaran COVID-19 di Indonesia karena lambannya respons pemerintah. Pemerintah juga terkesan menutupi terkait skala wabah.

Seperti dilansir dari Reuters, sebuah studi terkait Pusat Pemodelan Matematika untuk Penyakit Menular yang berbasis di London, Inggris, yang dirilis pada Senin (23/3) memperkirakan hanya dua persen dari dari jumlah keseluruhan kasus infeksi corona di Indonesia yang telah dilaporkan.

Hal itu berarti angka sebenarnya pasien dapat mencapai 34.200 orang atau lebih banyak daripada Iran. Pemodelan lain memproyeksikan, dalam skenario terburuk, jumlah kasus bisa meningkat hingga menyerang 5 juta orang terinfeksi di Jakarta pada akhir April mendatang.

“Kita telah kehilangan kendali. Ini telah menyebar di mana-mana,” kata pakar ekonomi kesehatan masyarakat Ascobat Gani. “Mungkin kita akan mengikuti Wuhan atau Italia. Saya pikir kita berada dalam kisaran itu.”

Sistem kesehatan Indonesia sangat buruk dibandingkan dengan negara lain yang terkena dampak virus corona.

Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Indonesia hanya memiliki 321.544 tempat tidur rumah sakit. Angka itu berarti sekitar 12 tempat tidur per 10 ribu orang. Bandingkan dengan Korea Selatan (Korsel) yang memiliki 115 per 10 ribu orang, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pada 2017, WHO juga menemukan Indonesia hanya memiliki empat dokter per 10 ribu. Angka itu lebih rendah dibandingkan Italia yang memiliki 10 kali lebih banyak atau Korsel yang memiliki dokter enam kali lebih banyak per kapita.

Namun klaim itu dibantah Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto.

“Kita tidak akan sampai seperti itu,” kata Yuri merujuk perbandingan wabah yang menyebar di Italia dan Cina. “Yang penting adalah kita mengerahkan orang-orang… mereka harus menjaga jarak.”

Yuri menuturkan, dengan langkah-langkah menjaga jarak yang tepat, seharusnya tidak ada kebutuhan untuk tempat tidur tambahan. Selain itu, staf medis yang ada cukup untuk mengatasi wabah corona.

Namun, seorang ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Budi Waryanto mengatakan, “Rumah sakit tidak siap untuk mendukung kasus-kasus yang bakal muncul. Perawatan akan terbatas.”

sumber: Reuters

Artikel Terkait

Back to top button