INTERNASIONAL

Malaysia Lockdown Dua Pekan, Pasokan Makanan Singapura Terancam

Jakarta (SI Online) – Kebijakan lockdown (karantina wilayah) yang dilakukan Malaysia menjadi ancaman terbaru bagi ekonomi Singapura yang sudah mulai pulih dari wabah virus corona. Pasalnya, selama ini Singapura bergantung pada produk buah-buahan dan sayuran dari Malaysia.

Selain itu, menurut perkiraan Maybank Kim Eng Research Pte, sekitar 400 ribu warga Malaysia yang bekerja dan belajar di Singapura melintasi perbatasan setiap hari. Sehingga potensi guncangan ke ekonomi negara kota itu bisa menjadi besar.

“Melarang komuter harian pada dasarnya akan memangkas hampir sepersepuluh angkatan kerja Singapura, merugikan industri manufaktur dan jasa,” kata Chua Hak Bin, ekonom senior di Maybank di Singapura, dilansir Bloomberg, Selasa (17/3/2020).

Ekonomi Singapura sebelumnya telah terpukul akibat wabah, dimana sektor pariwisata dan perdagangan paling terdampak. Maybank memperkirakan kontraksi 0,3 persen dalam produk domestik bruto pada 2020, dengan potensi penurunan yang lebih parah jika penutupan Malaysia juga berdampak signifikan pada ekonomi Negeri Singa.

“Malaysia dan Singapura tetap tergabung dalam geografi dan sejarah. Lockdown Malaysia, terutama pada perjalanan dan bisnis yang tidak penting, bisa berdampak buruk pada perekonomian Singapura,” lanjutnya.

Pejabat Singapura kemarin berusaha menenangkan warga yang khawatir akan kehabisan persediaan makanan.

“Meskipun itu tak terduga dan belum pernah terjadi sebelumnya, saya kira kita hanya harus menunggu dan menilai mengingat itu hanya selama dua minggu, dan harus ada persediaan makanan yang cukup untuk menutupi periode itu,” kata Selena Ling, kepala penelitian dan strategi di Oversea Chinese Banking Corporation Ltd. di Singapura.

Ling mengatakan dia memperkirakan kontraksi 0,9 persen year-on-year untuk pertumbuhan PDB kuartal pertama Singapura. Namun, risikonya juga akan merembet ke ke kuartal kedua.

Sementara para pejabat Singapura dipuji karena respons cepat, jelas, dan efektif pada tahap awal wabah, penyebaran global virus telah tantangan baru ke negara kota kecil dan terbuka itu. Jumlah infeksi telah meningkat dalam beberapa hari terakhir, dengan kasus-kasus baru terutama dari kedatangan di luar negeri.

Data ekonomi terbaru belum menunjukkan adanya penurunan dari wabah. Menurut data yang diterbitkan hari ini, ekspor domestik non-minyak meningkat 3 persen pada Februari dari tahun sebelumnya, termasuk kenaikan 2,5 persen dalam pengiriman elektronik.

Sumber: Bloomberg

Artikel Terkait

Back to top button